1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tentang Sri Mulyani dan Century

Andy Budiman1 Maret 2013

Sri Mulyani adalah figur kontroversial. Dua tahun berturut-turut dia dinobatkan sebagai salah satu perempuan paling berpengaruh di dunia. Belakangan, namanya kembali disebut dalam kasus Century.

https://p.dw.com/p/17ogT
Foto: dpa/Montage DW

Sri Mulyani Indrawati, yang kini menjabat managing director Bank Dunia kembali menjadi pembicaraan. Komisi Pemberantasan Korupsi akan kembali memeriksa mantan menteri keuangan itu terkait kasus Bank Century.

Bagi banyak orang, Sri Mulyani adalah kontroversi. Dia adalah perempuan yang dihormati dunia, tapi punya banyak musuh di tanah airnya.

Faktanya: Sri Mulyani adalah orang Indonesia pertama yang terpilih menempati posisi puncak di lembaga keuangan internasional. Majalah terkenal Forbes tahun 2012 menempatkan dia di urutan 72 perempuan paling berpengaruh di dunia. Forbes menyebut selama menjadi menteri keuangan, Sri Mulyani berhasil mengurangi setengah dari hutang luar negeri dan membuat Indonesia memiliki cadangan devisa tertinggi dalam sejarah, mencapai 50 milyar dollar Amerika.

Selama menjabat menteri, Sri Mulyani gencar menelusuri dugaan kecurangan pajak, termasuk yang melibatkan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Beberapa pengamat menyebut itulah yang membuat Sri Mulyani terpental dari jabatan menteri dan hingga kini terseret-seret Century.

Sri Mulyani Indrawati
Sri MulyaniFoto: AP

Bagi yang tidak setuju, kebijakan Sri Mulyani itu dianggap merugikan negara. Tapi sebaliknya beberapa analis menganggap kebijakan itu harus dilakukan untuk menghindari Indonesia dari krisis ekonomi jilid dua.

Metta Dharmasaputra adalah wartawan yang melakukan investigasi kasus Century. Dia kini sedang menyiapkan buku yang akan diterbitkan berjudul ”Century: Cerita dan Fakta”.

Bailout memang harus dilakukan,” kata Metta dalam perbincangan dengan Deutsche Welle, sambil menambahkan bahwa hingga kini belum ada bukti bahwa ada unsur korupsi dalam pengambilan kebijakan itu.

Deutsche Welle

Apakah bailout Century merugikan Negara?

Metta Dharmasaputra

Mari kita lihat perbandingan ongkos yang harus dikeluarkan jika bank ini harus ditutup atau diselamatkan. Ongkos penyelamatan atau bailout bank ini Rp 6,7 trilyun. Banyak orang tidak tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan jika bank ini ditutup? Indonesia saat itu memiliki kebijakan bahwa nasabah yang tabungannya di bawah Rp 2 milyar akan dijamin penuh. Nah kalau dihitung seluruh nasabah yang harus diganti uangnya jika bank ditutup adalah Rp. 6,4 trilyun. Jika dikurangi dengan penjualan asset Bank Century setelah ditutup, maka biaya yang dikeluarkan adalah Rp 5,8 trilyun. Nah jika diselamatkan seperti sekarang, maka negara memang awalnya mengeluarkan Rp 6,7 trilyun, tapi kalau nantinya bank ini berhasil dijual dengan harga konservatif yakni dua kali nilai buku, atau sekitar Rp 2,8 trilyun, maka ongkos yang dikeluarkan Negara untuk penyelamatan ini Rp 4 trilyun. Jadi sekali lagi kalau ditutup maka ongkos yang harus dikeluarkan adalah Rp 5,8 trilyun, sementara jika diselamatkan pada akhirnya sekitar Rp 4 trilyun. Dari sini kelihatan bahwa ongkos penyelamatan ini lebih murah. Belum lagi kalau kita bicara soal dampak sistemik.

Deutsche Welle

Menurut anda apakah jika Bank Century ditutup maka akan berdampak sistemik?

Metta Dharmasaputra

Kalau kita lihat kembali berbagai pernyataan ekonom dan DPR pada saat itu, mereka mengkritik pemerintah yang menyatakan kondisi ekonomi dalam keadaan sehat. Mereka bilang ekonomi Indonesia tidak dalam kondisi sehat apalagi ada krisis ekonomi global. Kita bandingkan saja, bahwa saat itu negara-negara lain sudah menerapkan full blanket guarantee, yakni seluruh dana nasabah dijamin penuh jika terjadi apa-apa. Indonesia tidak menjamin penuh, hanya yang dibawah Rp 2 milyar dijamin pemerintah. Nah persoalannya, dalam kondisi itu kita menghadapi ancaman pelarian modal. Jika terjadi apa-apa, orang akan lari ke Singapura, Malaysia atau Australia yang menjamin penuh. Padahal dana nasabah yang diatas Rp 2 milyar, memang secara jumlah rekening kurang dari satu persen. Tapi secara nominal itu sekitar 53 persen dari total dana nasabah perbankan nasional. Jadi nominalnya besar sekali. Kemudian indikasi lainnya yang orang tidak banyak tahu, pada saat itu bahkan bank-bank besar pemerintah yakni BRI, BNI dan Mandiri sudah disuntik modal total Rp 15 trilyun, karena likuiditas dana yang tersedia tidak cukup. Jadi kalau tiga bank pemerintah yang besar saja disuntik apalagi bank kecil.

Deutsche Welle

Ada banyak yang mempertanyakan: apakah membailout sebuah institusi swasta yang dikelola secara buruk bisa dibenarkan? Tidakkah lebih baik mereka dibiarkan bangkrut saja sebagaimana hukum pasar?

Metta Dharmasaputra

Saya setuju dengan analogi Sri Mulyani: kalau ada rumah perampok terbakar, apakah kita akan biarkan saja rumah itu terbakar? Padahal api bisa merembet ke mana-mana? Jangan lupa, saat itu ada 18 bank umum dan 5 BPR yang bisa terkena imbas. Apalagi jika kita melihat parameter Banking Pressure Index yang dibuat Danareksa Research Institute, yang menyebut bahwa pada November 2008 ketika Bank Century diselamatkan, titik tekanan terhadap perbankan nasional bahkan sedikit lebih tinggi dari situasi perbankan yang membawa krisis ekonomi pada tahun `97.