1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Konflik

Seorang Pejabat Perikanan Korsel Ditembak Mati Tentara Korut

24 September 2020

Seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang sejak Senin (21/09) telah ditembak mati oleh tentara Korea Utara. Penembakan ini diduga terjadi atas perintah pemerintah Korut dalam upaya mencegah virus corona.

https://p.dw.com/p/3ivEZ
Tentara Korea Selatan berjaga di daerah perbatasan dengan Korea Utara
Tentara Korea Selatan berjaga di daerah perbatasan dengan Korea UtaraFoto: Getty Images/Chung Sung-Jun

Seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang sempat hilang awal pekan tewas ditembak oleh pasukan Korea Utara, demikian disampaikan militer Korea Selatan, Kamis (24/09). Pihak militer Korsel menyatakan warganya itu sempat diinterogasi di kapal patroli Korut sebelum ditembak oleh pasukan yang kemudian menyiram tubuhnya dengan minyak dan membakarnya. 

Sumber intelijen Seoul mengatakan pejabat yang dirahasiakan identitasnya itu tengah berusaha membelot ke Pyongyang ketika ia dilaporkan hilang dari kapal yang berada di sekitar 10 kilometer selatan Garis Batas Utara (NLL), garis yang disengketakan antara kedua negara serumpun itu, pada hari Senin (21/09).

Belum diketahui pasti penyebab pejabat berusia 47 tahun itu ditembak, namun diduga tentara Korut menembaknya atas perintah pencegahan virus corona.

"Kami sangat mengutuk kekejaman seperti itu, kami menuntut Korea Utara memberikan penjelasan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab," tegas Jenderal Ahn Young-ho, pejabat di Kementerian Pertahanan Seoul.

Tentara Korut jalani "perintah tembak mati"

Sebelumnya, Komandan militer AS di Korsel mengatakan bulan ini bahwa pasukan Korut telah diberi "perintah tembak mati" untuk mencegah virus corona memasuki negara itu.

Pada Juli lalu, seorang pria yang telah membelot ke Korsel tiga tahun lalu memicu kekhawatiran penyebaran virus corona di Korea Utara. Kekhawatiran itu muncul ketika pria itu menyeberang kembali masuk ke Korea Utara melalui perbatasan yang diawasi ketat oleh Korut.

Kedatangannya itu akhirnya mendorong pejabat Pyongyang untuk mengunci kota perbatasan dan mengkarantina ribuan orang karena khawatir terjangkit COVID-19. Korut pada waktu mengklaim tidak memiliki kasus corona sama sekali.

Selain itu, pekan lalu kepolisian Korsel menangkap seorang pembelot yang telah mencoba kembali ke Korut dengan membobol tempat pelatihan militer di kota perbatasan Cheorwon.

ha/gtp (Reuters)