1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

201211 Kairo Gewalt

21 Desember 2011

Banyak dokter dan relawan kembali membangun pos darurat untuk mengobati para korban di lapangan Tahrir. Tindak solidaritas ini bagai duri menusuk bagi militer Mesir.

https://p.dw.com/p/13WnX
Foto: dapd

Dalam satu hari, Amani Massoud beberapa kali menghubungi para kontaknya di tengah kota Kairo. Amani Massoud adalah anggota Inisiatif untuk hak asasi manusia di Mesir. Melalui telefon genggam, Massoud berbicara dengan Yemen el Gendy, salah seorang dokter yang berusaha mengobati para korban bentrokan di sekitar Lapangan Tahrir.

Ausschreitungen Demonstranten Polizei Tahir Platz Kairo
Foto: dapd

El Gendy tidak bisa berbicara lama, karena tengah menangani seorang pasien baru di pos daruratnya. Namun ia sempat mengatakan, bahwa hari Selasa (20/12) tewas lagi sejumlah demonstran.

Demonstran Yang Tidak Tertolong

Dituturkan Amani Massoud, "Ia bilang telah melihat empat jenasah, yang dibawa ke pos layanan medis pagi hari Selasa kemarin. Keempat orang itu tewas dalam serangan militer di Lapangan Tahrir. Hari ini sudah beberapa dokter lain yang juga menceritakan kejadian ini. Mereka bilang, persis seperti pada hari Senin (19/12) kemarin, di pagi buta beberapa orang tentara menyerang kaum demonstran yang tengah duduk-duduk. Tiba-tiba ada lemparan-lemparan batu, yang segera disusul suara tembakan. Dr. El Gendy mengkonfirmasi bahwa keempat demonstran itu tewas tertembak.“

Amani Massoud mencatat semua laporan Dr. Yemen el Gendy. Keterangan dokter itu serta sejumlah saksi mata lainnya bertentangan dengan keterangan resmi pemerintah. Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan, bahwa hingga Selasa sore hanya segelintir orang cedera.

Dalih itu tampaknya digunakan Dewan Militer untuk meredam laporan mengenai brutalitas militer terhadap kaum demonstran, begitu Amani Massoud. Nyatanya, para dokter dan relawan lainnya di lapangan juga menjadi bulan-bulanan tentara. Sebuah pos layanan medis di dalam gereja diserang secara terbuka oleh tentara pemerintah.

"Relawan yang menjadi korban itu, seorang pemuda bernama Islam. Ia masih kuliah, tapi mengenakan baju kerja warna putih. Islam bilang, ia mendengar komando: "Tangkap dia, dia dokter". Kemudian ia dipukuli. Berulangkali kepalanya dihantam kayu, kemudian ia juga ditendangi. Bekas sepakan sepatu bot di wajahnya terlihat jelas. Dan katanya, para tentara yang menyerang itu tanpa henti juga mencaci, bahwa ia telah mengobati demonstran yang terluka “, begitu dipaparkan Amani Massoud.

Bukti Sudah Terdokumentasi

Peristiwa itu adalah pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan Konvensi Jenewa, tukas Massoud. Dokter, perawat dan relawan seharusnya diperbolehkan memberikan bantuan pada orang yang cedera, tanpa mengalami ancaman.

"Sekalipun dalam keadaan perang hal ini wajib dihormati, tapi nyatanya tidak dihormati oleh Dewan Militer Mesir", begitu kecam Amani Massoud.

Gewalt und Ausschreitungen in Ägypten
Foto: dapd

Tambahnya, "Kami luar biasa marah, bahwa Dewan Militer masih bisa mengatakan, tidak memerintahkan penggunaan kekerasan, dan tidak seorangpun dipukuli."

Massoud mengaku, telah memotret dan merekam video sebagai bukti. Ia juga menyesalkan pihak militer yang tampaknya berpikir bisa lolos dari tanggung jawab, padahal seluruh dunia melihat apa yang berlangsung di Kairo.

Cornelia Wegerhoff / Edith Koesoemawiria
Editor: Marjory Linardy