1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terapi Hipnosa untuk Atlit Olahraga Ekstrim

22 Maret 2011

Kecelakaan yang dialami oleh para atlit cabang olah raga ekstrim, memicu diskusi tingkat risiko olah raga yang masih dapat diterima. Apa yang bisa diterapkan?

https://p.dw.com/p/RBTA
Seorang pebalap ski yang sedang berslalom pada kejuaraan ski AlpenFoto: picture-alliance/ dpa

Dengan kecepatan 140 kilometer per jam meluncur di jalur menurun di gunung yang bersalju adalah situasi lazim pertandingan pada kejuaraan ski Alpen. Jika sampai terjatuh kebanyakan yang dialami luka ringan, tapi kadang bisa menimbulkan luka berat atau juga berakhir dengan kematian. Tapi para atlet jarang menunjukkan rasa takut, sering kali mereka memiliki masalah lain. Seorang atlit peslalom ski terkenal dariSwiss bahkan mencari bantuan dari psikolog di bidang olahraga Dr. Johannes Disch

"Desakan pikiran untuk menyerang, minat untuk menyerang itu sebenarnya yang terlalu besar. Ia tidak lagi merasakan, di mana batas bahayanya. Dan itu menyebabkan ia berulang kali terjatuh."

Pebalap ski secara teratur melewati batas kemampuan tubuh dan jiwanya. Inilah tanda-tanda khas untuk para atlit cabang olah raga penuh risiko dan ekstrim, demikian dijelaskan psikolog spesialis olah raga Disch. Hal ini dibuktikan dengan keistimewaan pada sistem syarafnya. Yakni kurangnya unsur yang menyampaikan pesan dari satu syaraf ke syaraf yang lain, atau disebut neurotransmiter dopamin, yang mempengaruhi motivasi seseorang.

"Dopamin ini, jika kita merasakannya pada darah, juga akan membuat kita merasa hidup, nyaman, merasa bersemangat dan orang ingin memperoleh lebih lagi rasa semacam itu. Dan ada sebuah teori dimana ada orang yang secara genetis terangsang menjalani bahaya tersebut, karena orang ini ibaratnya kekurangan dopamin.“

Sekitar 15 persen manusia tergolong kelompok yang disebut pencari sensasi, yakni terus mencari hal yang menimbulkan kepuasan menempuh risiko. Bagi Disch sasaran terapinya adalah meredam kegemaran mencari risiko para atlit. Untuk itu psikiater tersebut menggunakan teknik hipnosa medis. Karena dalam keadaan trance dapat dicapai kawasan otak tertentu yang mengatur hambatan emosional. Terhadap atlit-atlit pasiennya Disch menggunakan apa yang disebut hipnosa kesadaran aktif. Para atlit berada dalam keadaan terhipnotis tapi sekaligus dapat bergerak, misalnya sang pasien mengayuh sepeda statis diiringi musik. Pasien secara pikiran dan emosional berada dalam sebuah situasi yang menggambarkan pengalaman menghadapi batas kemampuannya. Dalam kasus para pebalap ski misalnya saat menuruni jalur balapan di pegunungan Alpen. Yang istimewa dari hipnosa ini: Dalam keadaan terhipnotis para atlit balap ski tidak merasa berada di luar jalur balap, melainkan seolah mengalami proses balapan itu dengan seluruh jiwa raganya. Dengan demikian ia dapat mengalami seberapa jauh ia dapat menempuh balapan itu tanpa membahayakan dirinya. Ini semacam terapi menghadapi situasi sulit, dijelaskan psikolog Dr. Johannes Disch

"Yang hendak diredam sebetulnya aktivitas yang berlebihan, ini harus disalurkan ke bidang aktivitas yang logis. Jika minat menyerang ditahan terlalu keras, orang tidak dapat mencapai sukses. Jika kurang ditahan, kemungkinan akan terjadi kecelakaan."

Birgit Reichardt/Dyan Kostermans

Editor: Agus Setiawan