1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Dayang Sumbi Hadirkan Makanan Khas Indonesia di Jerman

10 Agustus 2019

Seperti apa buka bisnis masakan Indonesia di Jerman? Amalia Sugiharto te Kamp ingin lebih perkenalkan masakan Indonesia ke khalayak Jerman. Dengan moto "pelanggan puas, saya bahagia", ia sukses hingga sekarang.

https://p.dw.com/p/3NhvO
Deutschland Restaurant Dayang Sumbi, Mülheim an der Ruhr
Foto: DW/M. Linardy

Di kawasan industri Ruhrgebiet di bagian barat Jerman terletak kota Mülheim an der Ruhr. Di kota inilah Amalia Sugiharto te Kamp membuka restorannya yang bernama lengkap Dayang Sumbi - Indonesian Pacific Soulfood. Di sekeliling restorannya terdapat beberapa kantor dan bisnis, juga sejumlah besar apartemen tempat tinggal.

"Orang Jerman kebanyakan datang dari Selasa sampai Jumat." Sejumlah langgalan orang Jerman datang saat jam makan siang, tutur Ibu Amalia, seraya menunjukkan Mittagsmenü, atau menu makan siang, yang terpampang di papan. Bulan Augustus Mittagsmenü terdiri dari: lumpia vegetaris ditambah semua makanan dengan kari, ditambah dengan minuman ringan.

Kalau orang Indonesia biasanya datang saat weekend katanya, seraya menambahkan, orang Indonesia biasanya datang beramai-ramai. Ingin mengobrol dan dugem? Itu bisa dilakukan di Dayang Sumbi. Suasana restoran memberikan perasayan nyaman.


Di dinding tergantung berbagai lukisan asal Bali, juga beberapa dekorasi lainnya berasal dari Bali. Ibu Amalia yang menggagas restoran ini, tetapi sekarang ia juga punya mitra bisnis. Namanya Andreas Borgmann. "Dialah yang membawa hiasan-hiasan dari Bali ini," demikian ungkapnya.

Ia bercerita, sebetulnya ia tidak punya pendidikan spesial untuk jadi juru masak. "Tetapi lidah saya, lidah Indonesia," katanya. Jadi ia dulu terus mencoba membuat rempeyek dan berbagai makanan lain, hingga terasa enak. Ternyata upayanya juga berbuah kesuksesan. Teman-temannya mulai memesan, dan akhirnya ia memutuskan membuka restoran. Pengalaman membuka restoran juga sudah dimilikinya, karena dulu di Indonesia, ia juga sudah pernah membuka restoran Jepang. "Karena kami pindah ke Jerman, restoran itu dijual," demikian ceritanya.

Tetapi di Jerman ia juga belajar banyak, dan itu juga sangat membantu dalam meraih kesuksesan. Apa pelajaran paling besar yang dipetik dari pengalaman hidup di Jerman? "Menghargai waktu," katanya dengan yakin. "Dan tahu bahwa mencari uang di sini itu tidak gampang," tambahnya sambil tertawa.

Harus bekerja keras. Tapi karena itu, ia jadi belajar menghargai waktu dan konsekuen dengan apa yang direncanakan serta dilakukan. Di Jerman seorang pemilik restoran termasuk kategori pekerjaan yang selbstständig, yang artinya mandiri. Artinya, "Saya harus bisa berdiri sendiri dan melakukan semuanya sendiri," demikian dijelaskan Ibu Amalia. Ia menandaskan lagi, di Jerman, yang punya restoran tidak hanya punya modal, tetapi harus bisa melakukan apa yang ditawarkan. Dan sampai sekarang, banyak tamu yang puas dengan makanan yang dimasaknya. Motonya: "Tamu zufrieden (puas), saya bahagia." 

Ketika ditanya, apa pesannya bagi generasi muda Indonesia, ia menjawab dengan tegas: "Semangat untuk bekerja!" Ia mengingatkan bahwa ia sudah lebih dari 50 tahun, tetapi untuk bekerja dan untuk maju, tidak ada kata terlambat!  (Ed.: yp)