1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Ternyata Rusia Serius Jual Daging Babi Ke Indonesia

23 November 2017

Rencana yang sempat mengundang gelak tawa Presiden Vladimir Putin itu ternyata ditanggapi serius oleh Kementerian Pertanian Rusia. Selain Rusia, Jerman dan Belgia juga berniat mengekspor daging babi ke Indonesia.

https://p.dw.com/p/2o7WG
Peternakan babi di Eropa
Peternakan babi di EropaFoto: picture alliance/dpa/J. Büttner/dpa-Zentralbild/ZB

Presiden Rusia Vladimir Putin awalnya tergelak mendengar usulan Menteri Pertanian Alexander Tkachev yang ingin mengekspor daging babi ke negara muslim terbesar di dunia, Indonesia. Tapi pria paling berkuasa di Bumi itu tidak menangkap raut serius pada wajah sang menteri. Karena rencana tersebut kini menjadi kenyataan.

"Delegasi dari Badan Federal Pengawasan Peternakan dan Keamanan Tanaman Pangan (Rosselkhoznadzor) berpartisipasi pada pameran internasional agribisnis Indo Livestock Expo di Surabaya untuk memperkenalkan produk daging kami, termasuk daging babi," kata Maria Matsuri, pejabat senior di Kantor Dagang Rusia di Indonesia kepada Jakarta Post, Rabu (22/11).

"Kami sudah mengajukan izin impor dari Kementerian Pertanian," imbuhnya.

Pemerintah di Moskow saat ini didesak untuk mencari pasar baru bagi produk daging yang saat ini sedang membanjiri pasar dalam negeri. Berkat kucuran dana investasi, tahun ini produksi daging babi Rusia meningkat sebanyak 20 persen menjadi 4,2 juta ton. Angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak 25 tahun terakhir.

Putin Tertawa Geli Tanggapi Usulan Ekspor Babi ke Indonesia

Rusia mengintip peluang lantaran produksi daging babi di Indonesia menyusut selama 15 tahun terakhir lantaran tidak didukung pemerintah. Tidak hanya negeri beruang putih, Jerman, Slovakia dan Belgia yang juga memproduksi daging babi dalam jumlah besar ingin mengekspor produknya ke Indonesia.

Kamar Dagang Indonesia memperkirakan saat ini terdapat lebih dari 600 pusat pengolahan daging babi di Jakarta. Namun kapasitas produksi yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Tahun lalu Indonesia menggandakan impor daging babi menjadi 1.221 ton.

"Indonesia terbuka untuk perdagangan daging babi. Kami negara yang terbuka. Tapi Rusia terlambat memasukkan dokumen Agustus lalu. Kalau kami beri izin, mereka harus membayar biaya PNPB (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dua kali, yakni tahun ini dan tahun depan," kata Syamsul Maarif, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner di Kementerian Pertanian.

"Jadi sebaiknya kami mendaftarkan mereka Januari nanti. Kami juga berencana membuat prosesnya online jadi mereka bisa mendaftar lebih cepat," imbuhnya.

rzn/yf (jakartapost, straitstimes, kompas)