1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Teroris Satu Juta Dollar

16 Mei 2012

Suasana Pengadilan di Jakarta Barat awal April lalu mendadak ganjil. Umar Patek, yang disebut gembong teroris dunia, tiba-tiba menangis dan terbata-bata meminta maaf. Ia mengaku menyesali perbuatannya.

https://p.dw.com/p/14wVf
Gembong teroris Umar Patek mengaku menyesali perbuatannyaFoto: dapd

Umar Patek (46 th) adalah teroris asal Indonesia dengan reputasi dunia. Sebelum tertangkap, ia diburu oleh aparat keamanan dari empat negara. Selain Indonesia, Filipina mencari Umar Patek karena terlibat rangkaian teror bersama kelompok Abu Sayyaf.

Australia menginginkan Patek karena terlibat bom Bali di Indonesia yang menewaskan 202 orang termasuk 88 warga Australia.

Sementara Amerika Serikat memburu Umar Patek karena dianggap sebagai salah satu teroris paling berbahaya di dunia. Washington bahkan menghargai kepala Umar Patek senilai satu juta dollar Amerika.

Pada Mulanya adalah Afghanistan

Awal 90'an Umar Patek berangkat ke Afghanistan untuk berjihad atas sponsor Jamaah Islamiyah atau JI, organisasi teror Asia Tenggara yang punya hubungan dengan jaringan Al-Qaeda. Sejak pertengahan tahun 80'an, JI telah mengirimkan sekitar 300 jihadis ke wilayah bergolak di Asia Selatan itu.

Tahun 1994 Umar Patek bersama jihadis lain asal Indonesia, Malaysia dan Filipina mendirikan kamp pelatihan di Torkham. Lima tahun di Afghanistan, ia membangun reputasi sebagai seorang pemimpin dan pelatih yang disegani. Ia mahir menggunakan senjata api berat dan meracik bahan peledak.

Pakar teroris Asia Tenggara Sidney Jones menyebut Umar Patek sebagai figur pemimpin yang kharismatik, cerdas dan punya semangat jihad yang tinggi. Tak hanya itu, Umar Patek juga aktif menulis di sejumlah situs jihad.

Menebar Teror di Indonesia

Umar Patek ikut merancang serangan atas dua buah bar di Bali yang dikenal banyak didatangi turis barat, pada tahun 2002.

Dalam persidangan, Umar Patek menyebut teror itu sebagai aksi balas dendam para jihadis atas kematian muslim di Palestina. “Saya mempertanyakan kenapa di Bali? Jihad seharusnya dilakukan di Palestina” tanya Patek “Tapi mereka mengatakan tidak tahu bagaimana bisa pergi dan sampai ke sana”.

Bahan peledak yang dipakai untuk bom Bali diracik oleh tangan Umar Patek. ”Saya membantu mencampur bahan kimia” kata Patek sambil menambahkan bahwa “Dr. Azahari (teroris asal Malaysia-red) yang merangkai bom dan memasukkannya ke dalam mobil. Sementara saya di kamar membaca Al-Qur'an”.

Tak hanya bom Bali, di Indonesia tangan Umar Patek juga berlumuran darah karena terlibat pemboman enam gereja di Jakarta pada malam Natal tahun 2000.

Periode Filipina

Sidney Jones yang juga direktur International Crisis Group ICG untuk kawasan Asia Tenggara mengatakan, kharisma dan keahlian membuat bom membuat Umar Patek diundang ke Mindanao.

Wilayah yang terletak di Selatan Filipina dan dihuni mayoritas muslim itu selama bertahun-tahun bergolak akibat pemberontakan yang dikobarkan Moro Islamic Liberation Front MILF. Umar Patek diminta melatih pasukan MILF dan ikut bertempur bersama mereka.

Delapan tahun di Filipina, Patek membangun reputasi sebagai gembong teror. Ia termasuk diantara sangat sedikit orang asing yang ditunjuk menjadi pimpinan kelompok teroris Abu Sayyaf di pulau Jolo.

Kelompok ini menebar teror: meledakkan bom, membunuh kepala polisi lokal, serta menculik dan membunuh puluhan warga sipil. Pada masa-masa penuh darah ini, Umar Patek bertemu dengan istrinya.

Takut Berpisah dengan Istri

Tahun 1998, Umar Patek diperkenalkan dan akhirnya menikah dengan Ruqoyah binti Husen Luceno di kamp MILF Filipina. Ruqoyah awalnya adalah pemeluk Kristen yang kemudian pindah agama dan masuk Islam.

Umar Patek Bali Bomber mit seiner Frau Ruqayyah
Umar Patek merangkul istrinya RuqoyahFoto: AP

Tidak seperti kebanyakan jihadis lain yang berpoligami, Umar Patek hanya punya satu istri. Sidney Jones menyebut Umar Patek sangat setia.

Sejumlah media massa Indonesia memperlihatkan foto mesra Umar Patek yang sedang merangkul istrinya di sela-sela persidangan. Ini adalah sebuah sikap yang tidak biasa, karena memperlihatkan kemesraan dengan perempuan, meski itu istrinya, di muka umum, adalah adalah hal yang tabu di kalangan Islam fanatik.

Sidney Jones menduga permintaan maaf Umar Patek di pengadilan adalah bagian dari deal dengan polisi agar ia tetap diperbolehkan bertemu dengan sang istri. Ia, kata Sidney Jones, mau melakukan apa saja asal diperbolehkan bertemu Ruqoyah.

“Ketika ditangkap di Pakistan, Umar Patek terus menerus mengaku khawatir apakah ia akan tetap bisa bertemu istrinya jika dipulangkan ke Indonesia. Ia ingin sekali pulang dengan Ruqoyah (istrinya-red)” kata Sidney.

Tertangkap di Abottabad

Umar Patek tertangkap tahun 2011 di kota Abottabad. Sidney Jones mengatakan, gembong teroris itu berada di Pakistan karena sudah sejak lama ingin bergabung dengan kelompok jihad yang dipimpin Sirajuddin Haqqani, yang dikenal sebagai sekutu Taliban yang paling aktif menebar maut.

Kelompok Haqqani diduga berada di belakang sejumlah teror, termasuk pemboman atas kedutaan Amerika Serikat di Kabul pada tahun 2011.

Di kota yang sama dengan tempat persembunyian Osama Bin Laden inilah, petualangan Umar Patek berakhir. Teroris satu juta dollar ini ditangkap pasukan keamanan Pakistan dan dideportasi ke Indonesia.

Jaksa penuntut mendakwa Umar Patek dengan tuduhan berlapis terkait bom Bali dan bom Natal, kepemilikan senjata berat dan pelanggaran imigrasi. Atas kesalahannya, Jaksa menuntut agar Umar Patek dihukum mati.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk