1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terumbu Karang Terancam Punah

27 Oktober 2010

Saat diskusi tentang perlindungan keanekaragaman hayati diadakan PBB di Jepang, sejumlah besar terumbu karang di dunia punah dalam waktu singkat.

https://p.dw.com/p/PqFG
Foto: AP

Yang paling terancam adalah segitiga terumbu karang antara Indonesia dan Filipina. Lebih dari 500 jenis terumbu karang hidup di kawasan itu dan menjadikannya kawasan bawah laut dengan keanekaragaman hayati yang paling besar di dunia. Di sinilah rusaknya terumbu karang dapat paling jelas diamati. Dalam enam bulan terakhir di segitiga terumbu karang itu terjadi perubahan dramatis.

Perubahan Dramatis

Korallenriff Philippinen
Terumbu karang di FilipinaFoto: picture-alliance / OKAPIA KG, Germany

Demikian dikatakan Andrew Baird dari Pusat Studi Terumbu Karang di Australia. Ia menambahkan, "Banyak penelitian dilakukan di Laut Andaman, dari Thailand sampai Singapura, dan dari situ ke Malaysia. Kerusakan karang meluas di bagian barat Samudra Hindia, ke segitiga terumbu karang di dekat Filipina. Di Samudra Pasifik suhu juga meningkat. Tampaknya kerusakan di situ setidaknya sama besar seperti di tahun 1998, ketika kita mengamati kerusakan global terbesar.“

Andrew Baird bekerja di Provinsi Aceh. Di daerah itu kerusakan paling besar. Menurutnya, kerusakan terumbu karang disebabkan air yang suhunya terlalu tinggi. Mulai bulan Mei lalu, air bersuhu panas mengalir ke wilayah laut Indonesia. Ini mengganggu hidup terumbu karang. Di Samudra Hindia ada aliran, yang membawa air bersuhu lebih tinggi, seperti halnya El Nino. Tetapi menurut Andrew Baird aliran yang menjadi siklus alamiah itu tidak menyebabkan pemanasan yang merusak terumbu karang. Pemanasan global yang diakibatkan manusia menambah tinggi suhu air.

Infografik - Korallendreieck
Segitiga terumbu karang Indonesia dan Filipina

Akibat Kenaikan Suhu

Kenaikan suhu air, walaupun hanya sedikit, merusak terumbu karang. Demikian dijelaskan Profesor Ove Hoegh-Guldberg, kepala institut iklim Universitas Queensland di Australien. "Jika kita melihat hasil pengukuran suhu di permukaan air laut yang diambil dari satelit, kita dapat melihat bahwa air laut di kawasan tersebut meningkat satu sampai tiga derajat dari suhu rata-rata.“

Itu tidak mungkin diantisipasi terumbu karang. Dengan kerusakan yang sekarang terlihat saja, terumbu karang akan butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih kembali. Syaratnya, suhu air kembali menurun. Tetapi, dalam waktu dekat bisa saja kerusakan tidak dapat diperbaiki lagi. Tony Mohr, yang mengurus masalah perubahan iklim di Australia, menandaskan, "Kerusakan terumbu karangan yang sebesar ini menunjukkan kepada kita, bahwa perubahan iklim bukanlah sesuatu yang terjadi di masa depan. Perubahan iklim sudah terjadi sekarang.“

Beberapa waktu lalu Andrew Baird menyelam di perairan dekat Aceh. Di sekelilingnya ia hanya melihat warna putih. Itulah warna terumbu karang yang mati. Pemandangan menyedihkan seperti itu juga belum pernah dilihat nelayan di daerah pantai.

Udo Schmidt / Marjory Linardy

Editor: Ayu Purwaningsih