1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Thaksin Tiba di Kamboja

10 November 2009

Mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, Selasa kemarin (10/11) menjejakkan kakinya di Kamboja. Kedatangannya tak lepas dari penunjukkan Thaksin sebagai penasihat ekonomi pemerintah Kamboja.

https://p.dw.com/p/KTPF
Thaksin ShinawatraFoto: AP

Pesawat jet pribadi Thaksin Shinawatra tiba di bandar udara internasional Pnomh Phen, Selasa kemarin. Dengan pengawalan keamanan ketat, mantan perdana menteri Thailand itu dibawa ke ibukota Kamboja, untuk memulai jabatan barunya sebagai penasehat ekonomi pemerintah perdana menteri Kamboja, Hun Sen.

Penunjukkan Thaksin untuk jabatan baru itu telah ményulut ketegangan antara pemerintah Kamboja dan Thailand. Kedua pihak sudah saling menarik duta besarnya dari masing-masing negara. Disusul dengan ancaman Thailand akan menutup perbatasan ke negara tetangganya itu. Di lain pihak Kamboja juga mengancam akan memboikot produk Thailand. Di hari yang sama pada saat kedatangan Thaksin ke Kamboja, Thailand mengumumkan penghentian kerjasama perjanjian perbatasan dengan Kamboja, menyangkut perbatasan perairan di Teluk Thailand, dimana diduga terdapat cadangan minyak dan gas bumi, yang ingin dimanfaatkan kedua pihak itu untuk bekerjasama dengan perusahaan minyak Amerika Serikat, Chevron. Juru bicara pemerintah Thailand Panitan Wattanayagorn mengatakan: “kami ingin tetap menjadi tetangga yang baik bagi Kamboja. Namun setelah terjadi kerumitan yang dibuat oleh pemerintah Kamboja ini, kami harus mengubah kebijakan politik kami terhadap Kamboja.”

Keberadaan Thaksin di Kamboja itu bagi pemerintah Thailand menjadi masalah besar, tidak hanya karena Thaksin diburu kasus korupsi. Melainkan juga karena Thaksin yang masih dianggap sebagai politisi popular, dicemaskan dapat memobilisasi pengikutnya dari Kamboja. Tahun 2006, Thaksin ditumbangkan lewat sebuah kudeta militer. Ia tinggal di pengasingan dan divonis bersalah dalam pengadilan in absensia, atas kasus korupsi. Namun ia menolak kembali ke Thailand untuk menjalani hukuman yang dianggapnya tidak adil.

Situasi memanas dipicu oleh sebuah pernyataan provokatif yang disampaikan Thaksin lewat Majalah Time baru-baru ini. Dalam sebuah wawancara dengan majalah itu, Thaksin menyebutkan bahwa monarki di Thailand memerlukan reformasi. Monarki itu sendiri baik bagi Thailand, ujar Thaksin, namun lingkaran di sekitar kerajaan telah menyalahgunakannya. Pernyataan tentang kerajaan merupakan hal yang sangat sensitif di Thailand, dan siapa yang menyampaikannya dapat dijatuhi hukuman berdasarkan undang-undang penghinaan raja. Namun Thaksin menandaskan majalah itu salah menafsirkan ucapannya.

Thailand berniat untuk meminta Kamboja mengekstradisi Thaksin kembali ke Thailand, namun Kamboja akan menolak permintaan apapun yang diajukan Thailand menyangkut Thaksin.

(dpa/rtr/afp/AP/AS)