1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Surabaya Jadi Sorotan Media Internasional

24 Oktober 2018

Surabaya sejak April lalu meluncurkan modus transportasi umum baru: Jalur bus yang karcisnya dibayar dengan sampah plastik, misalnya gelas atau botol plastik. Gagasan itu sekarang jadi sorotan internasional.

https://p.dw.com/p/376vL
Indonesien Surabaya Busticket für Plastikflaschen
Foto: Reuters/S. Pamungkas

Bus Suroboyo tidak berbeda dengan bus-bus lain di kota-kota besar Indonesia. Yang membuatnya istimewa, naik bus ini kita hanya bisa membayar dengan sampai plastik. Misalnya dengan menukar 10 gelas atau 5 botol plastik untuk satu tiket yang berlaku selama dua jam. Kalau Anda punya banyak sampah plastik, bisa menukar sekaligus di terminalnya.

Ini adalah salah satu cara kota terbesar kedua di Indonesia itu untuk mengejar target ambisus: bebas sampah plastik pada tahun 2020. Surabaya adalah kota pertama di Indonesia yang menerapkan skema ini. Media internasional ramai memberitakan kebijakan ini, antara lain edisi online majalah berita terbesar Jerman "Der Spiegel".

"Sampah, seperti botol plastik, menumpuk di lingkungan saya, jadi saya membawanya ke sini sehingga lingkungan tidak hanya bersih, tetapi juga membantu meringankan beban kerja pengumpul sampah," kata warga Surabaya Linda Rahmawati kepada kantor berita internasional Reuters.

400 ton sampah plastik per hari

Data kota menunjukkan bahwa 15 persen sampah harian, atau hampir 400 ton, adalah sampah plastik Sebuah bus dapat mengumpulkan sampai 250 kg botol plastik sehari, atau sekitar 7,5 ton dalam sebulan. Botol dan gelas plastik yang terkumpul kemudian dijual ke perusahaan daur ulang.

Uang yang didapat dari penjualan sampah plastik digunakan untuk menjalankan operasi bus dan untuk mendanai ruang hijau kota.

"Indonesia adalah salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, dan melalui inisiatif ini kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terutama masalah yang berhubungan dengan sampah plastik," kata Irvan Wahyu Drajad, kepala departemen transportasi Surabaya. .

Menurut sebuah studi yang diterbitkan jurnal ilmu pengetahuan Science tahun 2015 Indonesia penyumbang polutan plastik terbesar kedua di dunia setelah Cina.

Banyak warga Surabaya menyambut baik gagasan membayar tiket bus dengan sampah plastik. "Kita bisa mengurangi sampah, jadi tidak menumpuk di rumah karena kita bisa membawa merekadan memanfaatkannya dengan baik. Ini situasi winj-win," kata Sulastri kepada Reuters.

hp/ml (rtr)