1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tim Khusus Pemetaan Potensi Dampak Letusan Dibentuk

28 Oktober 2010

Tim ini akan bekerja untuk memberikan rekomendasi kepada seluruh pihak terkait jika terjadi ancaman susulan, mengingat letusan Merapi ini tiga kali lebih besar dibanding letusan pada tahun 2006 lalu.

https://p.dw.com/p/PqyD
Warga berangkat ke ladang mereka di sekitar Gunung Merapi, sehari sebelum letusanFoto: AP

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementrian ESDM, Surono mengatakan ada dua tim yang akan diterjunkan. Tim pertama bertugas menentukan ujung awan panas untuk memetakan sebaran awan panas. "Kami akan Memetakan potensi berapa juta meter kubik material awan panas yang dimuntahkan. Kemudian kami akan membuat skenario ke arah mana jika hujan dan banjir lahar terjadi," jelas Surono. Sementara tim ke dua dibentuk untuk memetakan sejauh mana sebaran abu dari Gunung Merapi.

Namun menurut Surono, tim ini belum bisa bekerja hingga lima hari ke depan karena masih ada deposit awan panas yang dapat mengganggu proses pemetaan dan status Merapi yang dalam kondisi awas. Sejauh ini, masyarakat dihimbau untuk tetap berada di pengungsian dan waspada hingga beberapa hari ke depan karena aktivitas gunung Merapi tidak bisa diprediksi.

Letusan Gunung Merapi, Selasa (26/10), menewaskan sedikitnya 29 orang, sebagian besar karena awan panas yang menerjang pasca letusan. Lebih dari 50 orang lainnya mengalami luka-luka. Keterangan dari Badan Nasional Penanganan Bencana menyebutkan, dua orang dilaporkan hilang. Kamis pagi (28/10) sebagian besar korban meninggal dimakamkan secara massal di Desa Umbulharjo Cangkringan Sleman, termasuk jenazah juru kunci gunung Merapi, Mbah Maridjan.

Noni Sunarni

Editor: Renata Permadi