1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tim Mawar di Punggung Prabowo

30 Mei 2014

Prabowo Subianto diterjang isu penculikan 13 aktivis yang kini masih raib. Kendati mengklaim pelakunya adalah perwira TNI yang bersebrangan, kubu pemimpin Gerindra itu enggan menguak sejarah & memilih menatap ke depan.

https://p.dw.com/p/1C9IM
Indonesien Wahlen Parlamentswahlen Präsidentschaftskandidat Prabowo Subianto
Foto: Reuters

Sebuah sore di Jakarta Timur. 13 Maret tanggalnya, 1998 tahunnya. Mugiyanto, aktivis Partai Rakyat Demokratik yang kiri itu, menghilang tanpa jejak dari rumah kontrakannya di bilangan Klender. "Mata saya ditutup," katanya dalam kesaksian.

"Kami berhenti di sebuah tempat, saya disetrum, ditendang. Penyiksaan itu terjadi selama dua hari dua malam," kata dia mengenang.

Mugiyanto beruntung. Ia termasuk sembilan aktivis yang dipulangkan. Nasibnya berpaling arah ketika Presiden BJ Habibie berkuasa dan mencabut Undang-undang Anti Subversi andalan Soeharto. Tiga bulan berselang Mugiyanto kembali ke rumah kontrakannya.

13 yang Dihilangkan Paksa

Namun tidak demikian dengan 13 aktivis lainnya yang hingga kini masih raib. "Kami ingin tahu di mana kuburan mereka, apa penyebab kematian mereka," katanya kepada Kantor Berita 68H.

Enambelas tahun kemudian sosok yang diduga bertanggungjawab atas praktik penculikan dan penghilangan paksa aktivis di penghujung era Soeharto, Prabowo Subianto, mencalonkan diri sebagai presiden. Prabowo, kendati dipecat dari TNI, hingga kini menepis keterlibatannya terkait nasib Wiji Thukul dkk.

Tudingan penculikan itu tidak pernah meredup selama 16 tahun terakhir. Sempat menyeruak setelah bekas Panglima Kopassus itu maju sebagai calon wakil presiden bersama Megawati 2008 silam, kini isu itu kembali santer dirapal.

Pembelaan Prabowo

Pengakuan soal penculikan TNI terhadap 13 aktivis oleh Tim Mawar juga dibuat oleh Mayor Jendral (Purn) Kivlan Zen, bekas Kepala Staf Kostrad yang kini aktif di PPP, partai yang juga berkoalisi dengan Prabowo. Dalam sebuah acara debat televisi akhir April silam, Kivlan mengklaim; "yang menculik dan yang hilang, tempatnya saya tahu di mana, ditembak, dibuang," katanya.

Kivlan yang dikenal loyalis Prabowo menepis tudingan keterlibatan bekas komandannya itu. Menurutnya, sejumlah perwira tinggi yang tidak suka terhadap Prabowo menjalankan "operasi sampingan." Menculik untuk kemudian menjadikan Prabowo sebagai kambing hitam.

"Saya tahu benar siapa lawan Prabowo," ujarnya.

Ke-13 aktivis yang hilang adalah Wiji Thukul, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri, Sonny, Dedi Hamdun, Hendra Hambali, Yadin Muhidin dan Abdun Nasser.

Pendukung Prabowo juga meyakini, tudingan pelanggaran HAM cuma "kebohongan" semata. "Musuh-musuhnya melakukan kampanye hitam. Tidak ada masalah, Ini cuma konspirasi kotor saja," kata Binsar Effendi Hutabarat, salah seorang simpatisan Gerindra.

Prabowo sendiri menyerahkan penilaian kepada pemilih. "Biarkan penduduk Indonesia yang memutuskan," ujarnya.

Yan, ayah Ucok Siahaan yang hilang, rutin menggelar aksi protes "melawan lupa" setiap bulan Mei, selama 16 tahun terakhir. Ketika ditanya soal misinya, ia menjawab "kami ingin publik tahu siapa sebenarnya Prabowo," ujarnya dilatarbelakangi spanduk bertuliskan "pembunuh, penculik dan pelanggar HAM."

rzn/as (dari berbagai sumber)