1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tim Medis Sudah Mulai Dapat Bekerja

18 Januari 2010

Beberapa kelompok bantuan internasional akhirnya berhasil memasuki ibukota Haiti, Port-au-Prince, yang hancur. Begitupula tim dokter dari Jerman yang tergabung dalam Humedica.

https://p.dw.com/p/LYYA
Tenda-tenda darurat didirikan di pinggir jalan untuk merawat para korbanFoto: AP

Tim medis yang beranggotakan delapan orang dokter dari organisasi Humedica memulai pekerjaannya dengan mengambil-alih sebuah rumah sakit swasta di tengah ibukota Port-au-Prince. Di rumah sakit itu para dokter akan merawat ratusan pasien selama beberapa minggu ke depan. Pasokan obat-obatan dan keperluan medis lainnya secara khusus didatangkan dari Jerman. Kebanyakan berupa perban, antibiotika, obat penahan rasa sakit dan tablet untuk menjernihkan air.

Meski dibanjiri pasien, direktur klinik Natalie Viala pekan lalu terpaksa menutup kliniknya satu hari lebih cepat lantaran kekurangan obat-obatan dan kondisi para pegawai yang telah keletihan. Saat ini klinik kecil yang secara menakjubkan terselamatkan dari gempa bumi itu telah kembali siap untuk menerima pasien.

Koordinator Humedia, Dieter Schmitz gembira atas memadainya perlengkapan yang dimiliki oleh klinik tersebut. Termasuk di antaranya ruang operasi, alat rontgen dan laboraturium.

"Ini sudah sangat bagus. Kini para pasien sudah berdatangan ke klinik kami. Kita lihat bagaimana nanti, jika warga sudah mengetahui secara luas bahwa di sini mereka juga mendapat perawatan medis. Pekerjaan kami baru kemudian terasa lengkap."

Selain bahan pangan, bantuan medis dan obat-obatan memang mendapat prioritas utama dalam penyaluran bantuan internasional. Professor Bernd Domres, dokter spesialis bencana alam yang berpraktik di Tübingen merasa lega karena akhirnya dapat terjun ke lapangan setelah menunggu selama berhari-hari. "Ini seperti sesaat sebelum perlombaan lari. Kami telah menunggu di garis start selama tiga hari sebelum akhirnya dapat mencapai para pasien yang membutuhkan pertolongan medis."

Serbuan pasien memang akhirnya memaksa tim dokter untuk membuka perawatan darurat di alam terbuka. Ketika tim lainnya sedang menata ruang-ruang di dalam klinik agar siap pakai, para dokter yang berada di luar memulai dengan perawatan standar, seperti mengobati luka, merawat pasien yang mengalami patah tulang dan memberikan infus. Pada malam harinya puluhan pasien berdatangan dengan kasur untuk bermalam di luar gedung klinik, karena mereka mendengar kabar bahwa klinik tersebut telah kembali berjalan normal.

Dalam beberapa pekan ke depan, tim medis dari Humedica dipastikan akan sibuk merawat pasien korban gempa bumi. Pasalnya layanan medis di Port-au-Prince kini masih langka, meksipun bantuan telah mulai berdatangan. Ratusan ribu warga hingga kini masih menunggu pertolongan dokter. Bernd Domres memperkirakan kasus medis yang akan dihadapi oleh tim Humedica dalam beberapa pekan ke depan, "Patah tulang pada kaki dan tangan. Pasien luka dalam mungkin akan sedikit karena mereka kemungkinan besar tidak bertahan hidup. Kami terutama disiapkan untuk menghadapi kasus patah tulang dan menyediakan operasi bedah kecelakaan dan bedah ortopedi."

Di samping pasien yang menjadi korban gempa, ada juga pasien lain yang datang meski tidak menderita luka-luka. Seorang pasangan suami isteri misalnya datang ke klinik karena akan melahirkan. Sang ibu segera dirawat di halaman dalam klinik dan berhasil melahirkan bayi kembar. Di tengah kota yang hancur lebur, Gachelin dan Gachele, begitu kedua bayi itu diberi nama, terlahir ke bumi. Keduanya kini masih dalam perawatan. Meski kondisi yang kurang memadai, Domres yakin keduanya memiliki peluang besar untuk bertahan hidup. "Mereka adalah semacam hadiah dari langit. Ketika banyak orang meninggal, mereka mungkin adalah bayi pertama yang lahir pasca gempa bumi, lebih lagi, mereka bayi kembar!"

Namun tim dokter tidak memiliki waktu terlalu banyak untuk bergembira. Pasalnya para korban gempa bumi telah membanjiri klinik L'espoir untuk mendapat perawatan.

Rupert Waldmüller/Rizki Nugraha

Editor: Ging Ginanjar