1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Tim SAR Kehabisan Waktu Selamatkan Korban Longsor

28 Februari 2019

Tim SAR gabungan masih berupaya mengevakuasi korban longsor di penambangan rakyat di Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulut. Upaya penyelamatan dipersulit medan dan kondisi lubang yang rapuh.

https://p.dw.com/p/3EGGf
[No title]

Evakuasi korban longsor di penambangan rakyat di Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Hingga berita ini diturunkan sudah 26 korban berhasil diselamatkan. Setidaknya tujuh orang dinyatakan tewas, sementara 19 lainnya selamat.

Salah seorang korban yang harus dievakuasi dengan cara diamputasi akhirnya meninggal dunia, tulis Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam keterangan persnya. Kaki korban harus diamputasi karena tertimbun batu besar.

Suasana penyelamatan oleh tim SAR gabungan di media yang terjal dan sulit didaki.
Suasana penyelamatan oleh tim SAR gabungan di media yang terjal dan sulit didaki.

"Jika batu disingkirkan dikhawatirkan lubang tambang makin runtuh karena batu tersebut menahan bagian atas lubang," tulis BNPB lagi.

Kami berharap mereka yang masih terperangkap bisa bertahan hidup dengan makanan dan air minum yang sudah kami kirimkan," kata Kepala Seksi Tanggap Darurat BPBD Kabupaten Bolaang Mongondow, Abdul Muin Paputungan. Saat ini tim penyelamat masih menggunakan tandu buatan untuk memindahkan jenazah korban.

BNPB melaporkan tim SAR gabungan yang beroperasi di bawah koordinasi Badan SAR Nasional sedang mempertimbangkan buat menggunakan alat berat. Pasalnya dengan jumlah korban yang meninggal dunia dan waktu evakuasi yang telah mencapai hari ketiga, Basarnas mengkhawatirkan ancaman terhadap kesehatan anggota tim SAR apabila masih menggunakan cara manual buat mengangkat jenazah korban.

Meski demikian kondisi medan yang cukup berat lantaran dipenuhi lereng terjal menjadi faktor yang menghalangi penggunaan alat berat.

Penderitaan Penambang Belerang

Sebab itu tim penyelamat harus menggunakan sekop atau tangan kosong untuk menggali lubang penyelamatan. Kesalahan dalam penggalian bisa menyebabkan runtuhnya atap lubang dan memperparah kondisi korban. "Kami harus membatasi jumlah anggota yang diterjunkan karena munculnya keretakan baru di lokasi," kata Paputungan.

"Kami khawatir jika terlalu banyak orang, akan lebih berbahaya."

Insiden terjadi ketika palang kayu yang menahan dinding dan atap lubang patah, tulis BNPB. Sejauh ini belum bisa dipastikan berapa jumlah korban yang terperangkap di dalam lubang tambang.  "Angkanya tidak konsisten karena berdasarkan keterangan korban yang selamat," kata Yasti Soepardjo, Bupati  Bolaang Mongondow.

Kecelakaan di lubang tambang rakyat bukan kali pertama terjadi. Pada 2016 silam setidaknya 11 penambang meninggal dunia setelah longsor tanah mengubur sebuah lubang di Jambi, Sumatera. Setahun sebelumnya 12 orang tewas akibat runtuhnya lubang tambang yang telah ditinggalkan.

rzn/hp (bnpb, ap, rtr)