1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

TNI dan Polri Beda Soal Insiden Tolikara

Hendra Pasuhuk21 Juli 2015

Belum jelas benar kronologi peristiwa insiden di Tolikara yang dipicu oleh penembakan aparat keamanan ketika mengantisipasi kerumunan warga. 12 warga Papua terkena tembakan, seorang remaja berusia 15 tahun tewas.

https://p.dw.com/p/1G27e
Indonesien Polizeichef Badroni Haiti General Moeldoko
Foto: Reuters/Antara Foto/Sigid Kurniawan

Kepala Polri (Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti menerangkan, institusinya bertangungjawab atas penembakan yang terjadi dalam proses pengamanan insiden penyerangan dan pembakaran bangunan di Tolikara, Papua, Jumat lalu (17/07).

Badrodin menjelaskan, penembakan dalam situasi seperti itu tidak memerlukan perintah. Tembakan dapat dilepaskan sewaktu-waktu jika kondisi di lapangan sudah mendesak.

"Penembakan yang dilakukan aparat kepolisian itu wujud dari upaya negara untuk menjamin konstitusi harus tegak, karena tidak boleh melanggar konstitusi. Jadi kalau tertembak, ya itu risiko karena melanggar konstitusi dan HAM," kata Kapolri sebagaimana dikutip oleh CNN Indonesia.

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua Inspektur Jenderal Yotje Mende menjelaskan, hingga kini belum ada anggota Polri yang mengakui melepaskan tembakan. Kepolisian masih menyelidiki apakah peluru yang menerjang para warga itu berasal dari institusinya atau dari TNI.

Beda data Polri dengan TNI

Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen TNI Wuryanto menampik laporan terkait adanya korban meninggal akibat tembakan dalam insiden di Tolikara, Papua.

"Ya, memang ada korban luka 12 orang tapi tidak ada yang meninggal dunia," kata Wuryanto di Jakarta, Minggu (19/07) kepada portal berita www.inilah.com.

Dia juga menjelaskan, aparat gabungan Polri dan TNI, yang ketika itu dikerahkan untuk menjaga keamanan, memang melepaskan tembakan ke arah warga.

"Tembakannya dilakukan aparat gabungan TNI dan Polri, diarahkan ke kaki mereka," jelasnya. Wuryanto menegaskan, TNI akan membantu Polri untuk menyelesaikan masalah itu agar tidak terus berkembang menjadi kian simpang siur.

Tapi pihak kepolisian melalui Kapolda Papua Yotje Mende menegaskan, Polisi hanya melepaskan tembakan ke udara sebagai peringatan agar massa membubarkan diri.

Prosedur operasi yang wajar

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal Fuad Basya membenarkan bahwa ada anggota TNI di lokasi kejadian. Namun, dia menolak menjawab pertanyaan apakah ada kemungkinan pelaku penembakan itu berasal dari personelnya.

"Belum mau jawab soal itu. Hasil investigasi di kepolisian akan menjawab hal itu," kata Fuad.

"Sekarang begini saja, kalau itu peluru polisi, ya wajar, kan dia punya senjata. Begitu juga TNI. Kalau diserang, lalu nembak, ya wajar saja," tambah dia sebagaimana diberitakan Kompas Online.

Insiden di Kabupaten Tolikara, Papua, mengakibatkan puluhan bangunan kios dibakar, termasuk mushala. Saat itu, ada dua acara yang dilaksanakan berdekatan. Selain perayaan Lebaran yang ditandai dengan shalat Idul Fitri, juga ada pertemuan pemuka gereja.

Menurut keterangan Panitia pertemuan gereja, yaitu Gereja Injili di Indonesia (GIDI), karena 12 pemuda tertembak di depan kerumunan masyarakat, maka masyarakat tidak terima dengan penembakan tersebut dan langsung melakukan pembakaran terhadap beberapa kios, yang merembet hingga akhirnya membakar Mushola, yang kebetulan ada ditengah ruko dan kios yang dibangun mengelilingi Mushola.

hp/ml (kompas, cnnindonesia, inilah.com)