1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Dijadikan Alat Propaganda Teror

14 November 2016

Dari Afghanistan hingga Aljazair, kelompok teror berencana memanfaatkan kemenangan Donald Trump dalam pemilu kepresidenan AS sebagai alat propaganda untuk merekrut jihadis baru.

https://p.dw.com/p/2SeZT
Trump Proteste in den USA
Presiden terpilih AS, Donald TrumpFoto: Reuters/E. De Castro

Komandan Taliban dan Islamic State mengatakan retorika anti muslim yang didengungkan Donald Trump selama masa kampanye pemilu kepresidenan akan berperan besar dalam upaya merekrut pejuang-pejuang baru.

"Dia adalah seorang maniak. Kebenciannya terhadap muslim akan memudahkan pekerjaan kami karena kami bisa merekrut ribuan orang baru," kata Abu Omar Khorasani, salah seorang komandan ISIS di Afghanistan kepada Reuters.

Trump antara lain mengusulkan larangan masuk bagi kaum muslim yang berasal dari negara-negara yang "tercatat pernah mengekspor terorisme." Ia juga berjanji akan mengalahkan "teror radikal Islam seperti kita memenangkan Perang Dingin."

Kendati begitu Trump belum menjelaskan secara rinci bagaimana ia ingin memerangi kelompok radikal seperti ISIS, Taliban atau Al-Qaida.

"Ia tidak membeda-bedakan antaran tren Islam moderat atau ekstremis. Pada saat yang sama ia menyangkal bahwa sikap radikalnya akan melahirkan radikalisme baru," kata Ulama Syiah Irak, Moqtada al-Sadr. Kelompok Sadr sejak lama berperang melawan gerakan radikal Sunni seperti ISIS dan Al-Qaida.

Kementerian Pertahanan AS mewanti-wanti terhadap potensi serangan teror di dalam negeri oleh simpatisan Islamic State atau Al-Qaida.

Infografik Terror-Index 2015 Englisch
Indeks Terorisme Global 2015

"Pemimpin kami mengamati jalannya pemilu kepresidenan AS. Tapi kami tidak menyangka penduduk Amerika akan menggali kuburannya sendiri seperti yang telah mereka lakukan pada pilpres ini," kata Khorasani yang menyebut Barack Obama sebagai "kafir moderat" yang lebih punyak otak ketimbang Trump.

Hisham al-Hasemi, penasehat pemerintah Irak untuk terorisme Sunni, mengatakan kelompok teror akan mengutip Trump untuk membakar amarah simpatisannya. "Al-Qaida sering menggunakan kutipan dari Gedung Putih sebagai strategi untuk merekrut pejuang baru," ujarnya.

Bahkan jika Trump melunak soal kaum muslim, pakar meyakini ucapannya selama masa kampanye cukup untuk menggerakkan mesin propaganda kelompok teror. "Mereka tetap akan menggunakan pernyataannya itu," kata Matthew Henman, pakar terorisme di IHS Jane's Terrorism and Insurgency Centre.

"Kunci utama pada Islamic State dan al-Qaida adalah meyakinkan kaum muslim bahwa barat membenci mereka dan tidak akan pernah menerima mereka masuk dalam masyarakatnya."

Sementara itu seorang komandan Taliban di Afghanistan mengatakan pihaknya mencatat semua pernyataan anti muslim yang diutarakan Trump. "Jika dia menepati janji kampanyenya terkait Islam, maka hal itu akan memprovokasi kaum muslim di seluruh dunia dan organisasi jihad bisa memanfaatkan momentum tersebut," katanya kepada Reuters.

rzn/yf (rtr,ap)