1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Trump Sebut Iran Sedang 'Bermain Dengan Api'

2 Juli 2019

Presiden Trump mengecam Iran yang melakukan pengayaan uranium melebihi batas dalam Kesepakatan Atom 2015. Padahal AS sendiri yang secara sepihak menarik diri dari kesepakatan itu tahun lalu.

https://p.dw.com/p/3LSOQ
Iran Atomprogramm
Iran, atom, BushehrFoto: picture-alliance/dpa/A. Taherkenareh

Presiden AS Donald Trump hari Senin (1/7) memperingatkan bahwa Iran sedang "bermain dengan api". Trump menanggapi pernyataan Iran yang dikonfirmasi oleh IAEA bahwa cadangan uraniumnya yang diperkaya sudah melewati batas yang ditetapkan dalam Kesepakatan Atom 2015.

"Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Mereka tahu apa yang mereka mainkan dan saya pikir mereka bermain dengan api," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih ketika ditanya tentang Iran.

Israel sekarang mendesak negara-negara Eropa untuk memberi sanksi kepada Iran, sementara Rusia menyuarakan penyesalan, tetapi mengatakan bahwa langkah itu adalah konsekuensi dari langkah AS "mendorong kesepakatan menuju kehancuran".

Inggris meminta Teheran untuk "menghindari langkah lebih menjauh" dari perjanjian penting itu, dan PBB mengatakan Iran harus tetap pada komitmennya berdasarkan perjanjian itu.

"Iran telah melampaui batas 300 kilogram" daripada rencana yang diumumkan pada bulan Mei lalu, kata Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif kepada kantor pemerintah Iran, ISNA. Namun Javad Zarif juga mengatakan, langkah itu bisa dibalik lagi.

Reaktor Atom, Arak, Iran
Reaktor air berat di kota Arak, Iran, yang ditenarai menjadi salah satu pusat pengembangan program nuklirFoto: picture-alliance/dpa/H. Forutan

Ketegangan meningkat setelah penarikan diri sepihak AS

Presiden Donald Trump tahun lalu mengumumkan penarikan diri AS secara sepihak dari Kesepakatan Atom yang ditandatangani oleh 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman. AS kemudian memberlakukan kembali sanksi-sanksi ekonomi yang sebenarnya sudah dibatalkan berdasakran perjanjian itu.

Langkah AS dikecam oleh mitra-mitranya di Eropa yang tetap ingin mempertahankan kesepakatan penting itu. Karena sanksi ekonomi tetap diberlakukan, Iran awal Mei lalu sudah mengumumkan bahwa mereka tidak akan lagi menghormati batas yang ditetapkan pada uranium yang diperkaya.

Iran berulangkali mengatakan akan membatalkan seluruh kesepakatan, kecuali pihak-pihak yang tersisa, yaitu Inggris, Cina, Prancis, Rusia dan Jerman, membantunya menghindari sanksi ekonomi, terutama larangan untuk menjual minyaknya.

Gedung Putih sebelumnya mengatakan "Amerika Serikat dan sekutunya tidak akan pernah membiarkan Iran mengembangkan senjata nuklir," dan menekankan bahwa pihaknya akan terus mengerahkan "tekanan maksimum" pada rezim Ayatollah di Iran.

"Adalah kesalahan di bawah perjanjian nuklir Iran untuk memungkinkan Iran memperkaya uranium di tingkat apa pun," kata juru bicara Gedung Putih Stephanie Grisham dalam sebuah pernyataan.

Saling tuduh

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuduh Iran menggunakan program nuklirnya "untuk memeras komunitas internasional dan mengancam keamanan regional."

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) membenarkan bahwa Iran telah melampaui batas kesepakatan yang diberlakukan pada cadangan uranium yang diperkaya (LEU).

Seorang diplomat di kantor pusat IAEA di Wina mengatakan kepada kantor berita AFP, Iran telah melampaui batas 300 kilogram sebanyak dua kilogram.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan di Twitter bahwa London "sangat khawatir" dan mendesak Iran untuk "kembali mematuhi" Kesepakatan Atom 2015. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan "penting" bahwa Iran tetap menaati kesepakatan itu.

hp/vlz (afp, rtr, ap)