1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tur Obama, Sinyal Peringatan Bagi Cina

28 April 2014

Presiden Barack Obama mendarat di Filipina hari Senin (28/4) untuk memperkuat hubungan pertahanan, dibayangi ketegangan teritorial sekutu Amerika itu dengan Cina.

https://p.dw.com/p/1BpMr
Foto: Reuters

Obama terbang ke Manila dari Malaysia, beberapa jam setelah kedua negara itu menandatangani sebuah kesepakatan pertahanan baru yang memperbolehkan lebih banyak pasukan dan peralatan perang AS untuk mengitari wilayah Filipina, sebagai bagian dari upaya Amerika untuk menyeimbangkan kembali kekuatan militer di kawasan Asia.

Obama dijadwalkan bertemu dengan Presiden Benigno Aquino, berpartisipasi dalam konferensi pers bersama dan mendapat jamuan makan malam kenegaraan.

Sentimen anti Cina belakangan semakin naik, di negara yang kini terlibat sengketa dengan raksasa Asia itu terkait wilayah Laut Cina Selatan, yang memicu ketegangan di kawasan.

Selama tur yang dimulai dari Jepang, Korea Selatan dan Malaysia, Obama berulangkali memperingatkan bahwa negara-negara kecil tidak boleh diganggu oleh negara yang besar, sebuah pesan jelas mengacu kepada siku geopolitik Cina yang semakin tajam.

“Sengketa perlu diselesaikan secara damai, tanpa intimidasi atau paksaan, dan… semua negara harus mematuhi norma dan aturan internasional,“ kata Obama, sebelumnya di Malaysia.

Sengketa membara

Ketika memulai perjalanannya, Obama telah mengirim sinyal yang jelas bahwa perjanjian pertahanan dengan Jepang termasuk wilayah yang kini menjadi sengketa antara Tokyo dengan Beijing di Laut Cina Timur, yang dikenal sebagai Senkaku oleh pihak Jepang dan disebut Diaoyu oleh Cina.

Filpina juga terlibat sengketa wilayah dengan Cina di Laut Cina Selatan – di wilayah Second Thomas Shoal, sebuah wilayah terpencil di Kepulauan Spratly.

Para pejabat AS sejauh ini belum bicara detail mengenai kewajiban mereka terhadap Cina di wilayah sengketa – tapi jelas mereka tidak percaya bahwa itu akan termasuk di dalam Perjanjian Pertahanan Bersama Amerika dengan Filipina.

“Sehubungan dengan sejumlah isu wilayah yang sulit yang kini sedang dihadapi, sulit untuk berspekulasi atas masalah itu karena melibatkan situasi hipotetis di Laut Cina Selatan,” kata wakil penasihat keamanan nasional Ben Rhodes.

“Kesepakatan AS-Jepang secara khusus meliputi wilayah yang berada dalam teritori Jepang.

“Beberapa wilayah sengketa di Laut Cina Selatan meningkatkan lebih banyak situasi yang hipotetik.”

Pada dasarnya, perbedaan terletak pada kenyataan bahwa Jepang telah mengelola wilayah Senkaku/Diaoyu, sementara status wilayah-wilayah lain masih dalam sengketa – meski mereka berada di dalam Filipina sebagaimana ”diamanatkan dalam zona ekonomi ekslusif internasional dan jauh lebih dekat ke daratan Filipina daripada Cina.

Brunei, Malaysia, dan Vietnam, selain juga Taiwan juga terlibat sengketa laut dengan Cina atas wilayah yang dipercaya mengandung cadangan gas dan minyak yang besar.

Obama telah berulangkali menekankan bahwa meskipun Beijing bersengketa mengenai wilayah dengan sekutu AS, namun strateginya untuk menyeimbangkan kembali Asia bukan bertujuan untuk membendung kekuatan Cina di kawasan, dan ambisinya untuk menjadi kekuatan dunia.

Namun para pejabat AS juga memberikan sinyal jelas bahwa mereka menyalahkan Cina atas naiknya ketegangan terkait klaim wilayah yang terjadi di luar teritori laut negara tersebut.

“Kami menentang penggunaan intimidasi, paksaan atau agresi oleh negara manapun untuk memperluas klaim teritori maritim mereka,” kata Evan Medeiros, direktur senior untuk kawasan Asia di Dewan Keamanan Nasional AS.

ab/hp (afp,ap,rtr)