1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Turki dan Armenia Hendak Normalisasi Hubungan

1 September 2009

Turki dan Armenia hendak menormalisasi hubungan. Dalam pernyataan bersama Ankara dan Yerevan dikatakan, dalam enam pekan mendatang akan diolah protokol guna menjalin kembali hubungan diplomatik.

https://p.dw.com/p/JN7M
Presiden Turki Abdullah Gul bersama presiden Armenia Serzh Sarkisyan dalam 'diplomasi sepakbola'.Foto: DPA

Kedua protokol, masing-masing untuk menjalin kembali hubungan diplomatik dan membina hubungan bilateral masih harus diratifikasi oleh parlemen kedua negara. Itu merupakan penutup dari apa yang disebut sebagai 'konsultasi internal', yang diselenggarakan dalam dua tahun terakhir berkat perantaraan Swiss. Bulan April lalu sudah dipublikasikan peta jalan yang merancang langkah-langkah pendekatan timbal balik. Menlu Turki Ahmet Davutoglu mengemukakan dalam wawancara dengan pemancar televisi Turki NTV, setelah protokol itu diratifikasi, maka dalam waktu dua bulan perbatasan antara kedua negara dapat dibuka kembali.

Sejak tahun 1993 kedua negara tidak menjalin hubungan diplomatik. Hubungan tsb diputuskan oleh Turki ketika Armenia menduduki daerah kantong di Kaukasus, Nagorno Karabach, yang juga diakui Azerbaijan sebagai wilayah teritorialnya. Ankara punya pandangan serupa dengan Azerbaijan, bahwa pendudukan itu bertentangan dengan hukum internasional. Tema terpenting antara Turki dan Armenia adalah pembahasan dan pengolahan kembali masa lalu. Yerevan menghendaki bahwa pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada jaman Kerajaan Osmania diakui sebagai genosida, sedangkan Ankara bersikeras menentang sebutan itu. Bagi Turki hanya terdapat sekitar 300.000 korban tewas, sedangkan Armenia menganggap jumlahnya mencapai 1,5 juta.

Pendekatan antara Turki dan Armenia memainkan peranan penting dalam kunjungan presiden AS Barack Obama April lalu. Saat berkunjung ke Turki, presiden baru AS itu juga bertemu dengan menlu Turki dan Armenia serta menlu Swiss. Ketika itu Obama mengemukakan: "Saya tidak ingin memfokuskannya hanya pada sudut pandang saya, melainkan pada sudut pandang warga Turki dan Armenia. Kalau mereka meraih kemajuan dan dapat mengolah kembali sejarah mereka yang tragis, maka dunia sepatutnya mendukung mereka. Saya sendiri hendak melakukannya sekonstruktif mungkin dengan memacu perkembangan ini secepatnya."

Jurubicara kementrian luar negeri AS, Ian Kelly juga mengatakan, pendekatan kedua negara itu akan merupakan kontribusi bagi perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan Asia Tengah.

Bahwasanya kedua negara melakukan pendekatan sudah terlihat sejak setahun lalu. Awal September 2008 Abdullah Gül merupakan presiden Turki pertama yang berkunjung ke Armenia. Kunjungan itu dilakukan terkait pertandingan kualifikasi antara Turki dan Armenia untuk berpartisipasi dalam kejuaraan dunia sepak bola, sehingga disebut sebagai "diplomasi sepakbola". Kemudian Presiden Gül mengundang presiden Armenia, Serzh Sarkisyan untuk berkunjung ke Turki. Dan itu akan dilakukan tanggal 14 Oktober di Istanbul, jadi sekitar enam pekan lagi. Artinya, sesudah batas waktu yang ditetapkan kedua negara untuk menyusun secara rinci pola hubungan baru mereka.

Ulrich Pick / Dewi Gunawan-Ladener
Editor: Hendra Pasuhuk