1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Turki Tak Akan Ubah Politik Suriah

22 Juli 2015

Turki tidak akan ubah politiknya terhadap Suriah, walau ada ancaman nyata teror Islamic State. Pasca serangan yang tewaskan 32 warganya, Ankara sudah mengidentifikasi pelaku serangan sebagai anggota IS asal Turki.

https://p.dw.com/p/1G2SC
Türkei Proteste in Istanbul
Foto: Getty Images/AFP/O. Kose

Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu menyatakan pihak intelejen sudah berhasil mengidentifikasi seorang pelaku serangan bunuh diri di Suruc, kota perbatasan ke Suriah Senin (20/7) yang menewaskan 32 orang dan melukai lebih 100 warga Turki. Davutoglu hanya menyebutkan pelaku diduga kuat berafiliasi dengan Islamic State. Ia menambahkan, kabinet akan membahas tema ini dalam sidang Rabu (22/7) tanpa memberikan rinciannya.

Serangan di kota yang mayoritas penduduknya dari etnis Kurdi itu merupakan serangan teror dengan korban tewas terbanyak di Turki dalam beberapa tahun terakhir. Laporan kantor berita DIHA menyebutkan pelaku serangan bunuh diri adalah seorang remaja pria berusia 20 tahun yang baru jadi anggota Islamic State dua bulan silam. Sebelumnya disebut-sebut pelaku serangan bunuh diri adalah seorang perempuan.

Dinas rahasia Turki sebelumnya sudah memberikan peringatan kepada pemerintah, mengenai pergerakan tujuh anggota IS, tiga diantaranya perempuan yang diduga akan melancarkan serangan di negara itu. Ankara beberapa bulan belakangan dihujani kritik, karena penjagaan di perbatasan ke Suriah sepanjang 900 km banyak celahnya dan membiarkan teroris IS bebas berlalu-lalang di kawasan perbatasan.

Tak akan ubah politik Suriah

Walaupun makin gencar dilontarkan tuntutan agar Turki mengubah politiknya terkait Suriah dan warga Kurdi, namun seorang pejabat senior di Ankara menegaskan, Turki tidak akan akan mengubah sikapnya. Pemerimtah Turki memandang kelompok separatis Kurdi dan presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai ancaman serius bagi negaranya.

"Kami memiliki bukti, bahwa presiden Assad mendukung Islamic State. Kami tidak akan mengubah politik kami terhadap struktur terkoordinasi semacam itu", ujar pejabat tinggi pemerintah Turki yang menolak disebut namanya itu kepada kantor berita Reuters. Di sejumlah kota di Turki termasuk di kota metropolitan Istanbul, pasca serangan di Suruc itu ribuan demonstran pro-Kurdi menggelar aksi protes yang mengecam politik Suriah dari pemerintah di Ankara.

Sementara itu, Nihat Ali Ozcan pakar keamanan dari lembaga "think tank" TEVAP di Ankara memandang serangan bunuh diri di Suruc yang menyasar aktivis muda etnik Kurdi merupakan indikasi, bahwa konfrontasi antara IS melawan kelompok Kurdi di Suriah sudah melebar ke Turki. "Serangan akan memicu ketegangan politik, ideologi dan etnik di dalam negeri", ujar dia.

Sejumlah media Turki bahkan menilai, serangan di Suruc bukan sekedar "limpasan" konflik di Suriah, melainkan sudah merupakan intervensi terhadap kepentingan Turki. Presiden Recep Tayyip Erdogan sebelumnya menegaskan, Turki akan melakukan tindakan, jika kepentingan nasionalnya diserang.

as/rzn (rtr,afp,dpa)