1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uber Ramaikan Pasar Ojek Online di Jakarta

13 April 2016

Penyedia jasa transportasi online, Uber, ikut menghangatkan persaingan antara Go-Jek dan Grab dengan meluncurkan layanan ojek motor. Kendati minim regulasi, layanan transportasi roda dua kian marak di Jakarta

https://p.dw.com/p/1IUMW
China Taxi App Uber auf Smartphone
Foto: picture-alliance/dpa/Da Qing

Uber mengklaim layanan terbarunya, "UberMotor" akan mampu menyediakan transportasi murah untuk ratusan ribu calon pelanggan. Perusahaan asal San Fransisco, Amerika, itu juga menawarkan promosi angkutan gratis buat pengguna pertama layanannya di Jakarta.

"UberMotor adalah cara unik buat membantu ribuan orang untuk mengakses transportasi yang ekonomis dan dapat diandalkan di Jakarta, serta didukung oleh teknologi," tulis Uber dalam blog resminya.

Layanan transportasi roda dua bukan pertamakali ditawarkan oleh Uber. Perusahaan itu juga sudah mencoba model bisnis serupa di Thailand dan beberapa kota di India. Untuk Jakarta Uber mematok ongkos minimal sebesar 1000 Rupiah dan jumlah yang sama untuk setiap kilometer.

Pasar layanan ojek online di Jakarta saat ini dikuasai oleh Go-Jek dan Grab. Kedua perusahaan mengklaim diri sebagai penyedia jasa ojek online terbesar di Indonesia. Go-Jek sendiri mengaku memiliki sekitar 200.000 motor.

Jakarta saat ini sedang dibanjiri layanan transportasi roda dua berbasis online. Perkembangan tersebut memicu gesekan dengan moda transportasi lain seperti Taxi. Belum lama ini ribuan supir Taxi berdemonstrasi menentang layanan taxi online.

Menyusul maraknya layanan ojek, sejumlah pihak mulai mendesak pemerintah untuk melegalkan layanan transportasi roda dua. Menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, cuma kendaraan roda tiga atau lebih yang bisa dikategorikan sebagai angkutan umum, sementara sepeda dan motor tidak.

Namun begitu Menteri Perhubungan Igansius Jonan menolak legalisasi ojek. "Secara pribadi, saya tidak setuju karena angka kecelakaan transportasi berbasis jalan raya 80-90 persen melibatkan kendaraan roda dua," katanya seperti dikutip Tribunnews.

Jakarta setiap tahun merugi 65 trilyun Rupiah akibat kemacetan.

rzn/ap (ap,kompas,tribun,jakartapost)