1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialEropa

UE Ancam Beri Tindakan Atas UU LGBT+ Kontroversial Hungaria

24 Juni 2021

UU LGBT+ yang disahkan oleh parlemen Hungaria melanggar "nilai-nilai dasar Uni Eropa," kata Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Uni Eropa. Aturan dinilai mendiskriminasi orang berdasarkan orientasi seksual mereka.

https://p.dw.com/p/3vT4Y
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen
Presiden Komisi Eropa Ursula von der LeyenFoto: Francois/Walschaerts/AFP/Getty Images

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, pada Rabu (23/06) mengancam memberi tindakan hukum terhadap Hungaria karena menyetujui undang-undang yang membatasi akses kaum muda ke informasi tentang masalah LGBT+.

Pekan lalu, parlemen Hungaria menyetujui UU kontroversial terkait LGBT+ dan Pedofilia yang nantinya perlu ditandatangani oleh presiden agar sah.

"UU Hungaria ini memalukan," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam konferensi pers.

"UU ini jelas mendiskriminasi orang berdasarkan orientasi seksual mereka. Ini bertentangan dengan nilai-nilai dasar Uni Eropa: martabat manusia, kesetaraan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia," kata von der Leyen.

"Saya akan menggunakan semua kekuatan Komisi Eropa untuk memastikan bahwa hak-hak semua warga negara Uni Eropa dijamin. Siapa pun mereka dan di mana pun mereka tinggal di dalam Uni Eropa."

Apa kata Hungaria tentang RUU itu?

Perdana Menteri dari partai sayap kanan Hungaria, Viktor Orban, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Jerman dpa , RUU itu ditujukan untuk melindungi anak-anak.

Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto Selasa (22/06) mengatakan, undang-undang tersebut akan memungkinkan "orang tua untuk mendidik anak-anak mereka mengenai orientasi seksual hingga usia 18 tahun."

"Undang-undang ini tidak mengatakan apa-apa tentang orientasi seksual orang dewasa,'' katanya.

Masih dalam wawancaranya dengan dpa, Orban, berpendapat bahwa Hungaria sebenarnya adalah negara yang aman bagi komunitas LGBT+ saat ini.

"Di Hungaria yang komunis di masa lalu, kaum homoseksual dianiaya. Saat ini negara tidak hanya menjamin hak-hak kaum homoseksual tetapi juga secara aktif melindungi mereka," kata Orban.

Di sisi lain, para pengkritik mengatakan UU itu menyamakan pedofilia dengan non-heteroseksualitas, karena khawatir deskripsi yang tidak jelas dapat digunakan untuk menganiaya anggota komunitas LGBT+.

Apa reaksi kontroversial yang timbul?

Pembahasan seputar hukum Hungaria terkait LGBT+ telah menarik perhatian khusus dalam beberapa hari terakhir, di saat isu ini juga ramai diperbincangkan dalam kompetisi sepak bola Euro 2020.

Badan sepak bola Eropa, UEFA, menolak permintaan München untuk menyalakan lampu stadionnya dengan warna pelangi LGBT+ saat pertandingan Euro 2020 antara Jerman dan Hungaria pada Rabu (23/06) kemarin.

Meski begitu, beberapa stadion di Jerman diterangi dengan warna pelangi sebagai bentuk protes atas hukum Hungaria dan keputusan UEFA. 

Lampu berwarna pelangi di Olympiastadion Berlin
Olympiastadion di Berlin menyalakan lampu pelangi sebagai bentuk protes terhadap UEFAFoto: Michael Sohn/AP Photo/picture alliance

Sebuah pernyataan bersama yang diprakarsai oleh Belgia dan ditandatangani oleh 14 negara anggota UE, termasuk Jerman, Prancis, Spanyol, dan Italia, menyuarakan "keprihatinan besar" terhadap undang-undang tersebut.

"Menstigmatisasi orang-orang LGBTIQ merupakan pelanggaran yang jelas atas hak dasar mereka terhadap martabat, sebagaimana diatur dalam Piagam UE dan hukum internasional,” bunyi pernyataan itu. 

pkp/as  (AFP, AP, dpa, Reuters)