1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ujian Bagi Demokrasi Myanmar

24 Mei 2012

Beberapa orang ditahan terkait demonstrasi besar yang pertama kalinya terjadi di Myanmar. Inilah ujian pertama bagi pemerintah sipil di negara itu dalam menghadapi aksi protes warga.

https://p.dw.com/p/151UO
Myanmar sedang meniti transisi demokrasiFoto: dapd

Polisi menangkap sekelompok demonstran Kamis (24/05) pagi di kota Pyay di wilayah Bago yang berjarak hampir 300 kilometer dari ibukota Yangon. “Tiga atau empat anggota NLD ditangkap” kata Nyan Win, juru bicara partai Liga Nasional untuk Demokrasi NLD yang merupakan partai oposisi.

“Kami telah meminta anggota NLD agar patuh pada instruksi partai…tidak ikut serta dalam aksi protes tanpa ijin dari markas pusat” kata Nyan Win.

Seorang warga Pyay yakni Nyi Nyi Aung mengatakan, sekitar 50 polisi mengawasi sekitar seratus demonstran yang menuntut pemerintah menyediakan listrik 24 jam. “Sekitar 50 polisi datang dan meminta masyarakat berhenti…beberapa orang terluka“ kata dia sambil menambahkan bahwa enam orang sempat ditahan namun akhirnya dibebaskan.

Demonstrasi awalnya terjadi akhir pekan lalu di Mandalay, kota nomor dua terbesar di Myanmar, lalu menyebar ke Yangon di mana sekitar 250 orang warga pada hari Rabu (23/05) menentang permintaan polisi untuk membubarkan diri saat mereka berkumpul di lapangan Sule Pagoda.

Pada hari Selasa (22/05) sekitar 10 anggota NLD ditahan polisi selama beberapa jam di Mandalay untuk diinterogasi meski kemudian dibebaskan.

Pemerintah langsung memberikan pernyataan atas demonstrasi terkait pengurangan suplai listrik tersebut. Sebuah langkah yang langka dilakukan oleh negara yang puluhan tahun dipimpin oleh junta militer.

“Adalah hal yang biasa dalam negara demokrasi bahwa orang mengekspresikan keinginan dengan melakukan protes. Tapi mereka harus patuh pada hukum“ kata penasihat presiden Ko Ko Hlaing dalam konferensi pers sambil menambahkan “Mereka bisa memprotes asal sesuai aturan. Menurut hukum jika ingin berdemonstrasi, mereka harus memberitahu polisi dan meminta ijin.”

Menurut data Bank Dunia tahun 2009, Myanmar sebagai negara miskin menderita kelumpuhan energi dan hanya 13 % dari total penduduk yang memiliki akses listrik.

Koran milik pemerintah dalam editorialnya mencoba menjelaskan masalah kebijakan energi kepada masyarakat. Sesuatu yang jarang terjadi sebelumnya. Koran berbahasa Inggris milik negara yakni “Cahaya Baru Myanmar“ mengatakan hampir 40 generator listrik telah ditempatkan di tiga kota tempat terjadinya demonstrasi dan pemerintah telah memesan lebih banyak lagi generator dari luar negeri.

ab/ yf/ afp