1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Tidak Dukung Mubarak

31 Januari 2011

Di Israel kekhawatiran terus meningkat akibat situasi tidak stabil di Mesir. Sementara itu UE telah menyatakan sikap terhadap situasi di Mesir dan Presiden Hosni Mubarak.

https://p.dw.com/p/1086t
Seorang demonstran melewati dinding bertuliskan "dijual diktator antik" (30/01)Foto: AP

Perdana Menteri Benjamin Netanjahu memberikan haluan untuk langkah berikutnya. Sebelum perundingan kabinet di Yerusalem, Netanjahu menyatakan, "Upaya kami bertujuan untuk menegakkan stabilitas dan keamanan di kawasan ini. Saya ingatkan anda, bahwa perdamaian antara Israel dan Mesir sudah berlangsung sejak tiga dasawarsa, dan tujuan kami adalah menjaga agar hubungan ini terus berjalan.

Netanjahu mengemukakan juga, di masa-masa ini Israel tentu menunjukkan kesadaran akan tanggungjawab, menahan diri dan sikap hati-hati. "Jadi saya mengatakan kepada para menteri untuk menahan diri dan tidak memberikan pernyataan tentang tema ini,“ demikian Netanjahu.

Mubarak.jpg
Presiden Hosni MubarakFoto: AP

Mubarak Berhasil Stabilkan Rejim?

Harian Ma'ariv melaporkan berdasarkan informasi dari kalangan pemerintah, Israel tetap memperkirakan bahwa Presiden Hosni Mubarak akan berhasil menyetabilkan rejimnya. Perkiraan ini didasari pengangkatan pemimpin dinas rahasia, Omar Suleiman menjadi wakil presiden Mesir.

Angkatan bersenjata Israel berpendapat, kerusuhan di Mesir akan mengubah keseimbangan militer di Timur Tengah, demikian laporan radio militer. Kelompok-kelompok militan Palestina di Jalur Gaza dapat menyalahgunakan situasi di Mesir yang tidak stabil untuk menyelundupkan amunisi lewat semenanjung Sinai ke daerah Palestina itu.

Akibatnya di Jalur Gaza

Grenze Ägypten Israel Gaza
Beberapa warga Palestina melalui daerah perbatasan antara Gaza dan Mesir di Rafah (2005)Foto: picture-alliance/dpa

Sementara itu menurut keterangan saksi mata, di Jalur Gaza terjadi kekurangan pertama untuk pasokan bensin dan disel. Bahan bakar yang banyak digunakan untuk kebutuhan sipil berasal sepenuhnya dari saluran pipa antara Jalur Gaza dan Mesir. Dalam analisanya, sebagian besar media Israel sampai pada perkiraan sama, bahwa Mubarak tidak akan bertahan lama di puncak kekuasaan, sehingga dalam waktu dekat Israel akan kehilangan satu-satunya mitra strategisnya di dunia Arab.

Sementara pemerintah AS dinilai terlalu cepat menarik dukungnya bagi Mubarak. "Sekarang kita sendirian,“ demikian bunyi sebuah kepala berita di harian Israel. Di Yerusalem itulah perasaan yang paling banyak dikemukakan pejalan kaki Minggu (30/01) lalu. Di balik layar, pemerintah Israel melancarkan kritik tajam terhadap manajemen krisis di Gedung Putih. Demikian laporan harian "Israel Hayom“. Sementara menurut tanggapan umum, Washington telah membuang Mubarak.

NO FLASH Catherine Ashton Belgien EU Aussenministertreffen
Pejabat tinggi urusan politik luar negeri Uni Eropa Catherine AshtonFoto: AP

Sikap Uni Eropa

Sementara itu, Uni Eropa juga telah menyatakan sikap bersama menyangkut Mesir. Para menteri luar negeri negara-negara Uni Eropa mengemukakan, masalah Mesir adalah masalah rakyat negara itu. Uni Eropa memutuskan menjauh dari Hosni Mubarak. Tidak diutarakan satu kata pun yang mendukung presiden Mesir itu, yang menjadi mitra diskusi selama berpuluh-puluh tahun.

Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle menyatakan di Brussel, "Uni Eropa tidak membela orang tertentu, tetapi mendukung hal yang baik, yaitu demokrasi, kebebasan berpendapat dan hak asasi. Sisanya harus diselesaikan dalam dialog dengan Mesir." Namun pejabat tinggi urusan politik luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton menekankan, Uni Eropa bersedia memberikan dukungan bagi Mesir baik sekarang maupun di masa depan.

Clemens Verenkotte / Marjory Linardy

Editor: Dyan Kostermans