1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Universitas Leipzig

Anett Keller26 Agustus 2006

Universitas Leipzig memang tidak menawarkan studi kajian wilayah Asia Tenggara atau Melayu. Namun di sana banyak sekali kegiatan berbau Indonesia yang diadakan.

https://p.dw.com/p/CPUs
Dengan universitasnya, Leipzig pernah menjadi salah satu pusat wadah Asia di Jerman Timur.
Dengan universitasnya, Leipzig pernah menjadi salah satu pusat wadah Asia di Jerman Timur.Foto: AP

Kegiatan yang dilaksanakan mencakup bidang bahasa, budaya, agama, atau tentang hukum dan perundang-undangannya. Para calon pakar studi Islam di universitas Leipzig inilah yang paling banyak mempelajari Indonesia. Dalam studi di institut kajian orientalis, Indonesia menjadi sebuah contoh negara penganut Islam di luar Arab.

Belajar Bahasa Indonesia

Jurusan Orientalistik sejak tahun 2001 menjadi sangat digemari. Akibat serangan teror di Amerika Serikat ahli-ahli ilmu wilayah Arab dicari. Tentu saja bagi Indonesia hal ini menjadi ironi. Akibat kejadian menghebohkan ini, Indonesia menjadi sorotan mata dunia dan menarik perhatian universitas.

Siapa yang ingin belajar bahasa Indonesia di Universitas Leipzig, harus mengikuti kursus bimbingan Esie Hartianty-Hanstein. Wanita berumur 34 tahun ini berasal dari Pontianak. Dia tinggal di Leipzig sejak tahun 1997 bersama suaminya. Sebelumnya dia kuliah bahasa Inggris di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta.

Esie mulai menyelebnggarakan kursus Bahasa Indonesia pada tahun 2003. Sekarang 18 mahasiswa mengikuti kursus Bahasa Indonesia tingkat dasar, antara lain mahasiswa etnologi dan arabistik, mahasiswa kedokteran dan ilmuwan ekonomi.

Jurusan Dihapus

Saat ini Universitas Leipzig masih menghadapi masalah. Mahasiswa yang tertarik pada Indonesia dapat belajar mengenai bahasa, agama, dan budaya Indonesia di sana. Tetapi siapa yang ingin mendalami studi wilayah Indonesia harus hijrah ke universitas lain seperti Berlin, Passau atau Hamburg. Padahal, selama berpuluh-puluh tahun terdapat jurusan kajian wilayah Indonesia di Leipzig. Di tahun 50an ilmu wilayah Asia mengalami peningkatan yang pesat di Leipzig. Hingga akhirnya Leipzig menjadi salah satu pusat wadah Asia di Jerman Timur.

Tidak adanya lagi Jurusan Kajian Wilayah Indonesia di Leipzig, berkaitan dengan pensiunnya Erich-Dieter-Krause, seorang ahli studi Cina dan Melayu. Hingga akhir masa kerjanya di tahun 2001, Krause membimbing generasi-generasi baru ilmuwan belajar Bahasa Indonesia dan ilmu wilayah Indonesia. Setiap tahunnya sekitar 10 sampai 20 mahasiswa mempelajari Indonesia. Kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa etnologi, karena Indonesia menjadi titik berat jurusan etnologi di Leipzig.

Esie Hartianty-Hanstein: "Setelah itu universitas Leipzig ingin menutup jurusan Indonesia karena mereka pikir jika Pak Krause telah pensiun ditutup saja walaupun masih banyak berminat yang ingin belajar Bahasa Indonesia. Dan kami berdua berjuang supaya tetap ada jurusan Indonesia itu."

Yang dimaksud 'kami berdua’ adalah Esie dan suaminya Thoralf Hanstein.

Belajar Bahasa Arab dari Leipzig

Saat ini Universitas Leipzig sibuk dengan proyek menulis buku pelajaran Bahasa Arab dan buku gramatik untuk mahasiswa sastra Arab asal Indonesia. Di Jerman, buku-buku tersebut menjadi buku panduan. Sejak dua tahun lalu, Hanstein dan rekan kerjanya menerjemahkan buku tersebut kedalam bahasa Indonesia. Kedua buku tersebut akan menjadi buku panduan di berbagai universitas negeri institut Bahasa Arab.

Buku yang berisi 400 halaman akan diuji coba Oktober tahun ini. Para mahasiswa di UIN Yogyakarta dan IAIN Mataram dapat belajar berbahasa arab dengan buku dari Leipzig ini. Juga jadwal seminar dengan latihan-latihan akan dikirim dari Leipzig ke Indonesia. Tapi mengapa buku pelajaran berbahasa arab yang akan digunakan di Indonesia datang dari Jerman?

Thoralf Hanstein: "Itu tidak penting, itu datang dari Jerman, tetapi Bahasa Arab cuman salah satu bahasa. Dan kami di sini menolong Departemen Agama (Indonesia) untuk membuat kurikulum yang baru untuk mengajar Bahasa Arab secara linguistik yang cocok untuk Indonesia. Karena Leipzig sebagai pusat Bahasa Arab baku juga ada banyak pengalaman dengan didaktik dan dengan cara mengajar Bahasa Arab."

Proyek Kerjasama

Hubungan kerja dengan Departemen Agama bukan hanya salah satu kerjasama antara Leipzig dan Indonesia. Sejak tahun 2005 Universitas Leipzig telah menjalin hubungan kerja dengan UGM di Yogya. April lalu, telah dikirim 250 buku ke Indonesia bagi para mahasiswa baru sastra Jerman. Diantaranya adalah buku-buku Jerman klasik dan kamus.

Di masa depan akan dibuat “Pojok Leipzig” di perpustakaan. Selain itu, setiap tahunnya terbang beberapa mahasiswa Leipzig yang diajar oleh Esie untuk melakukan semester luar negeri di Indonesia. Juga tahun ini berangkat seorang mahasiswi untuk kuliah di UGM selama satu tahun.