1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Utusan Khusus PBB Bela Diri atas Tuduhan Kecurangan dalam Pemilu Afghanistan

12 Oktober 2009

Menjelang pengumuman hasil penghitungan baru sebagian kotak suara di Afghanistan, utusan khusus PBB Kai Eide membenarkan peranannya dalam pemilu yang kontroversial itu. Dia kembali mengritik mantan wakilnya, Galbraith.

https://p.dw.com/p/K4Ya
Kai EideFoto: AP

Penampilan Kai Eide, utusan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa di depan pers, didampingi duta besar Jerman,Amerika Serikat, Inggris dan Perancis. Juga utusan khusus Uni eropa dan wakil-wakil sipil Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO di Afghanistan ikut hadir. Itu merupakan dukungan moral bagi Eide yang mendapat tuduhan gencar terkait peranannya dalam proses pemilu di Afghanistan.

Wakilnya yang kini sudah diberhentikan, Peter Galbraith, menuduhnya menyepelekan terjadinya penipuan dalam pemilu dan memendam informasi, terutama demi kepentingan Presiden Hamid Karzai. Kai Eide kembali mengulangi tuduhannya terhadap Garbraith, "Itu bukan hanya serangan pribadi terhadap saya dan integritas saya, melainkan serangan yang mempengaruhi proses pemilu secara keseluruhan."

Eide menegaskan, dia berupaya sekuat tenaga untuk memacu proses pemilu, dengan terus menerus bertukar informasi dengan komisi pemilu dan komisi penampung gugatan yang didukung PBB.

Peter Galbraith mengaku melihat sejumlah bukti penipuan dalam pemilihan presiden tanggal 20 Agustus dan hendak mengajukannya pada komisi yang bersangkutan. Tetapi Eide menentang penyebarluasan informasi itu dan merintangi bahwa wakilnya itu dan petugas lainnya mengambil tindakan untuk membatasi penipuan atau membuat lembaga-lembaga Afghanistan dapat menanggulanginya dengan lebih baik lagi.

Kai Eide, utusan khusus PBB membantah tuduhan itu, walau pun dia mengatakan pula bahwa memang ada manipulasi luas, tetapi angka-angka yang konkrit pada saat ini, hanyalah spekulasi belaka.

Para pengamat Uni Eropa menilai, seperempat dari suara yang diberikan itu palsu atau patut dicurigai. Lebih dari sejuta dari seluruhnya 1,5 juta suara adalah untuk Presiden Hamid Karzai. Menurut hasil akhir sementara, Karzai memperoleh hampir 55 persen suara. penghitungan baru secara acak dari kotak suara yang dipertanyakan, kini sudah usai.

Sementara itu Presiden Karzai mengimbau komisi penampung gugatan agar segera mengumumkan hasilnya, agar hasil resmi pemilu dapat dilakukan hari Selasa (13/10). Seandainya perolehan suara bagi Karzai turun di bawah 50 persen, maka dia harus menghadapi pemilihan penentuan dengan saingan utamanya Abdullah.

Tetapi mayoritas warga Afghanistan dalam hatinya sudah menerima masa jabatan Karzai selanjutnya. Menurut perkiraan Hamidullah Noor Ebad, pimpinan Pusat Nasional Riset Politik di Universitas Kabul, akan sulit untuk memobilisasi warga Afghanistan untuk kembali memberikan suara mereka.

"Dalam dua jajak pendapat yang terakhir selalu dapat disimpulkan adanya dukungan positi fbagi demokrasi. Terutama kebebasan berpendapat di Afghanistan, merupakan hal yang positif dan baik, termasuk ikut dalam pemilu. Tetapi bila dilihat seperti sekarang ini, bahwa demokrasi disalahgunakan, orang tentu merasa kecewa," demikian dinyatakan Noor Ebad.

Menurut Ebad, tuduhan berat penipuan dan proses pengkajian yang tidak jelas juga bagi para pengamat, telah merusak kepercayaan warga Afghanistan dalam proses demokratisasi. Ditambah lagi dengan berbagai laporan yang mengatakan bahwa para menteri luar negeri AS dan negara-negara NATO sudah menyimpulkan, bahwa Karzai tetap menjadi presiden. Para pengamat berpendapat, adanya kesan bahwa pihak luar lah yang menentukan segalanya di Afghanistan, telah menyuburkan keputusasaan dan kepasifan warga di negara itu.

Sabina Matthay/Dewi Gunawan-Ladener

Editor: Hendra Pasuhuk