1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vaksin Sputnik V Segera Dipakai di Uni Eropa?

Andrey Gurkov
27 Maret 2021

Badan pengawas obat Uni Eropa (EMA) mungkin akan menyetujui vaksin buatan Rusia, Sputnik V, dalam dua bulan ke depan. Bisakah itu mempercepat vaksinasi virus corona di UE?

https://p.dw.com/p/3rEaC
Vaksin buatan Rusia, Sputnik V, tiba di Bolivia
Vaksin buatan Rusia, Sputnik V, tiba di BoliviaFoto: Juan Karita/AP Photo/picture alliance

Laju vaksinasi terhadap virus corona di wilayah Uni Eropa (UE) memang berjalan sangat lambat. Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya dosis vaksin yang memadai. Kini, semakin banyak politisi Eropa berbicara tentang kemungkinan menyetujui vaksin buatan Rusia Sputnik V.

Vaksin ini telah diperiksa oleh badan pengawas obat Uni Eropa (EMA) sejak awal Maret. Awal April mendatang, pihak berwenang berencana mengirim para ahli ke Rusia untuk melihat hasil studi klinis dan kondisi lokasi produksi.

Meski saat ini produsen di Rusia dan di UE belum mampu meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan domestik dan internasional, Moskow tetap optimis.

Jumlah produksi perlu ditingkatkan

Wakil Perdana Menteri Rusia Tatyana Golikova, yang bertanggung jawab dalam memerangi pandemi, baru-baru ini mengatakan bahwa pada paruh pertama tahun ini Rusia berencana memproduksi total 178 juta dosis tunggal vaksin Sputnik V, EpiVacCorona, dan CoviVak. Seperti kebanyakan vaksin virus corona lainnya, vaksin-vaksin juga ini harus diberikan dua dosis agar dapat memberikan perlindungan sepenuhnya.

Rusia memperkirakan akan memberikan vaksin kepada lebih dari 30 juta orang pada pertengahan Juni, kantor berita TASS baru-baru ini melaporkan, mengutip Menteri Kesehatan Rusia Michail Muraschko. Untuk mencapai target tersebut, butuh sekitar 60 juta dosis tunggal. Setelahnya, diharapkan ada 118 juta dosis yang tersisa untuk diekspor (setara dengan vaksin untuk sekitar 59 juta orang). Rusia pun dianggap perlu meningkatkan kapasitas produksinya. 

Vaksinasi corona bagi warga Irkutsk, Rusia
Warga di wilayah Irkutsk di Siberia, Rusia, menerima vaksinasi virus corona di sebuah kereta khusus.Foto: Evgeny Kozyrev/REUTERS

Pembuatan vaksin Sputnik V di luar negeri

Kremlin melihat satu-satunya jalan keluar dari dilema ini adalah dengan membangun fasilitas produksi di luar Rusia. "Untuk memenuhi permintaan global akan vaksin kami, kami sedang mengerjakan transfer teknologi ke luar negeri. Kesepakatan terkait pembangunan fasilitas produksi telah dibuat dengan sepuluh negara," ujar Menteri Perindustrian Rusia, Denis Manturov, saat konsultasi video dengan Presiden Vladimir Putin.

Menurut laporan, Sputnik V sudah diproduksi di Kazakhstan, Belarus, India, Korea Selatan dan Brasil. Selain itu, dana investasi pemerintah Rusia atau RDIF juga telah menandatangani perjanjian dengan perusahaan Swiss, Adienne Pharma & Biotech. Produksi Sputnik V di anak perusahaan Adienne Pharma & Biotech di Italia akan dimulai bulan Juli. Diperkirakan akan ada sepuluh juta dosis yang akan diproduksi hingga akhir tahun.

Percepatan vaksin bagi warga Uni Eropa?

Pemerintah Jerman pada Jumat (26/03) mengatakan akan mempertimbangkan penggunaan vaksin Sputnik V buatan Rusia, jika telah disetujui oleh badan pengawas obat-obatan Uni Eropa (EMA).

"Persetujuan EMA - yang belum dimiliki Sputnik - akan memberikan kesempatan untuk menggunakan vaksin dalam kampanye inokulasi di Eropa, dan kemudian akan layak dipertimbangkan untuk Jerman," kata juru bicara Kanselir Angela Merkel, Steffen Seibert. Ia juga tidak mendukung tuduhan Prancis terhadap Moskow bahwa negara itu menggunakan vaksin sebagai alat propaganda. Merkel mengatakan Jerman "harus menggunakan vaksin apa pun yang telah disetujui" oleh EMA. 

Dengan meningkatnya kapasitas produksi Sputnik V, pertanyaan lain yang timbul adalah: dapatkah Sputnik V membantu percepatan vaksinasi di Uni Eropa? Belum tentu juga. Alih-alih hanya menunggu Sputnik V, Uni Eropa berharap bahwa terobosan fundamental dalam produksi vaksin akan segera terjangkau.

Pada musim panas, volume produksi vaksin BioNTech/Pfizer diharapkan meningkat signifikan. Pabrik BioNTech di Marburg, Jerman, yang mulai beroperasi pada Februari lalu, menjanjikan produksi 250 juta dosis pada akhir semester pertama tahun ini. Selain itu, ada perusahaan asal Prancis, Sanofi, telah berjanji untuk memproduksi 125 juta dosis vaksin ini untuk UE.

Selain itu, mulai April perusahaan AS Johnson & Johnson akan mengirimkan vaksin produksinya yang telah disetujui ke Eropa. Vaksin mRNA kedua Jerman dari CureVac pun diharapkan akan disetujui antara Mei dan Juni. Uni Eropa diharapkan akan menerima total 405 juta dosis. Persiapan untuk persetujuan vaksin Amerika Novavax juga sedang berlangsung. Secara paralel, UE dengan berbagai cara akan menekan perusahaan farmasi AstraZeneca untuk sepenuhnya mematuhi kewajiban kontraknya.

ae/vlz (AFP)