1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Vaksinasi Covid-19 di Israel Kejar Target Paling Ambisius

Tania Kraemer
6 Januari 2021

Berbagai negara mulai menggelar kampanye vaksinasi Covid-19. Israel mulai melakukan vaksinasi tanggal 19 Desember dengan vaksin BioNTech-Pfizer dan sejauh ini menunjukkan tempo vaksinasi tercepat di dunia.

https://p.dw.com/p/3nYOp
Foto ilustrasi vaksinasi di Israel
Foto ilustrasi vaksinasi di IsraelFoto: Tsafrir Abayov/AP/picture alliance

Sejak 19 Desember, Israel sudah menggelar vaksinasi dengan vaksin BioNTech-Pfizer dengan target ambisius, yaitu imunisasi seperempat dari lebih 9 juta penduduknya hanya dalam waktu satu bulan. Hingga akhir Desember, sudah lebih dari 800 ribu orang yang divaksinasi.

Secara statistik, Israel rata-rata berhasil melakukan vaksinasi terhadap 80 ribu orang per hari. Inilah tingkat vaksinasi Covid-19 tercepat di dunia, dihitung dari jumlah penduduk. Hingga 4 Januari, Israel sudah berhasil memvaksinasi lebih 13 persen penduduknya. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat (AS) dan Inggris sampai 4 Januari baru berhasil memvaksinasi sekitar 1,4 persen penduduknya.

Namun vaksinasi masih berlomba dengan tingkat infeksi yang dalam beberapa hari terakhir meningkat cepat. Karena itu, pemerintah Israel sekarang memutuskan untuk melakukan lockdown yang ketiga kalinya.

Infratsruktur kesehatan siap untuk vaksinasi Covid-19

Menteri Kesehatan Yuli Edelstein mengatakan, sampai hari Selasa (5/1) sudah 1,37 juta orang Israel menerima dosis pertama vaksin BioNTech-Pfizer. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menulis di Twitter, dibandingkan dengan negara lain yang memulai program imunisasi mereka pada Desember, Israel telah menjadi "juara dunia dalam vaksinasi".

Mereka yang sudah mendapat vaksinasi di Israel mendapat kartu hijau yang digantung di lehernya dan memungkinkan mereka mendapat lebih banyak kebebasan bergerak.

"Saya pikir ada semangat dalam masyarakat untuk mulai keluar dan merasakan kendali atas hidup mereka lagi," kata Diane Levin, profesor kesehatan masyarakat di Universitas Haifa.

Pemerintah Israel memang dengan cepat memesan beberapa juta dosis vaksin BioNTech-Pfizer sejak dini dan membangun pusat-pusat vaksinasi darurat. Hari Selasa (5/1) otoritas kesehatan Israel juga menyetujui penggunaan vaksin dari Moderna. Tetapi vaksin Moderna diperkirakan baru bisa tersedia dan digunakan akhir Maret, menurut Kementerian Kesehatan.

Peluncuran imunisasi yang cepat di Israel tentu saja bisa berhasil baik karena ukuran negaranya yang relatif kecil. Selain itu, sistem logistik dan perawatan kesehatan memang sudah terkomputerisasi dan semua data bisa diproses secara digital dan secara sentral. Sebagai negara yang sangat sering menghadapi serangan roket dan serangan teror, infrastruktur kesehatan dan peringatan dini di Israel memang sudah terkoordinasi dengan baik dan sudah biasa menghadapi situasi darurat.

Salah satu pusat vaksinasi di Tel Aviv
Salah satu pusat vaksinasi di Tel AvivFoto: Jack Guez/AFP/Getty Images

Yang mendapat prioritas utama adalah mereka yang berusia di atas 60 tahun, pekerja perawatan kesehatan, pengasuh, dan orang dengan kondisi kesehatan berisiko. Tetapi banyak orang-orang muda juga yang dipanggil mendadak untuk vaksinasi, kalau di satu tempat ada kelebihan dosis vaksin sehingga tidak terbuang percuma. Botol vaksin dari BioNTech-Pfizer yang sudah dibuka memang isinya harus digunakan dalam waktu singkat, jika tidak vaksin bisa rusak.

Kerjasama dengan perusahaan kesehatan swasta

Untuk mempercepat vaksinasi, pemerintah Israel bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta yang sudah mendapat verifikasi. Sekarang, kebanyakan klinik, rumah sakit, dan pusat vaksinasi darurat bekerja selama 24 jam untuk memberikan suntikan. Untuk koordinasi, setiap warga Israel harus mendaftar ke salah satu dari empat organisasi pengawasan kesehatan nonpemerintah (HMO) yang menyediakan perawatan. 

Perkembangan Covid-19 di beberapa negara sampai 30 Desember 2020
Perkembangan Covid-19 di beberapa negara sampai 30 Desember 2020

"Israel memiliki infrastruktur yang sangat berorientasi pada masyarakat," kata Diane Levin, yang juga bekerja sebagai direktur departemen pendidikan kesehatan di HMO Clalit. "Semuanya sangat tersebar - ada banyak klinik perawatan primer di setiap lingkungan atau kota kecil - tetapi kami juga memiliki sistem perawatan kesehatan terpusat," jelasnya.

Yang masih belum jelas adalah prosedur vaksinasi bagi sekitar 5 juta warga Palestina di daerah-daerah yang diduduki Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Dalam sebuah surat terbuka, beberapa organisasi hak asasi manusia Israel mengimbau kepada pemerintah, sebagai penguasa pendudukan, untuk menyediakan atau membantu mendanai vaksin bagi warga Palestina. Beberapa pejabat menyarankan bahwa pemerintah Israel membagikan surplus vaksin, setelah penduduk Israel divaksinasi. Sejauh ini, hanya warga Palestina yang ada di Yerusalem Timur yang memiliki akses ke program vaksinasi melalui penyedia layanan kesehatan Israel setempat. 

(hp/pkp)