1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanIndonesia

Satgas: Wisatawan ke Indonesia Perlu Pesan Hotel Karantina

Detik News
21 Desember 2021

Dalam video viral itu terlihat antrean panjang penumpang tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Satgas tegaskan ada 3 kategori yang berhak mendapat fasilitas karantina gratis di Wisma Atlet.

https://p.dw.com/p/44c9H
Gambar ilustrasi pesawat udara
Gambar ilustrasi pesawat udaraFoto: Steve Parsons/PA Wire/empics/picture alliance

Viral sebuah video sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) 'terlunta-lunta' di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) menunggu antrean proses karantina di Wisma Atlet, Jakarta, saat tiba di Tanah Air. Satgas Udara COVID-19 Bandara Soetta pun memberi penjelasan.

Dalam video yang beredar dinarasikan bahwa terjadi antrean panjang dari PMI yang tiba di Soetta. Mereka menunggu giliran diberangkatkan ke Wisma Atlet untuk karantina hingga kesulitan mencari makan. Tampak ada yang berdiri, duduk rebahan, hingga tertidur di lantai menunggu proses karantina.

Penumpukan karena Wisma Atlet lockdown

Komandan Satgas Udara COVID-19 Bandara Soekarno-Hatta Kolonel Agus Listiyono memberi penjelasan terkait video yang viral. Menurut Agus, peristiwa itu benar terjadi pada Sabtu (18/12) lalu.

"Iya itu memang PMI menunggu karena mau tak keluarkan ke mana? Wismanya nunggu wisma ready, (Wisma Atlet lockdown), Pasar Rumput penuh karena itu kan keluarnya tidak menampung umpama keluar paling 100-200, ini kan udah membeludak. Makanya setelah Nagrak dibuka ya udah dibuka berjalan mengalir sampai Minggu jam 10 udah klir," kata Agus kepada detikcom, Selasa (21/12/2021).

"Karena itu memang kan semua mau ke wisma. Wisma karena adanya lockdown, Pademangan dan Pasar Rumput penuh menunggu dibukanya Nagrak, setelah dibukanya Nagrak lancar," tambahnya.

Cibir wisatawan yang minta karantina gratis

Kolonel Agus Listiyono juga mencibir wisatawan yang viral protes meminta karantina di Wisma Atlet secara gratis sepulang dari luar negeri. Sebab, para wisatawan itu disebut kerap bolak-balik ke luar negeri.

"Yang berhak untuk di wisma atau layanan karantina pemerintah secara gratis itu menurut surat edaran satgas hanya ada tiga kriterianya. Pertama PMI, pekerja migran Indonesia baik TKW ataupun TKI. Kedua, pelajar Indonesia yang dapat beasiswa di luar negeri dan lain sebagainya. Ketiga itu ASN atau PNS yang diberi surat dinas dari pemerintah," kata Komandan Satgas Udara COVID-19 Bandara Soekarno-Hatta Kolonel Agus Listiyono kepada detikcom, Senin (20/12/2021).

Lalu, Agus merespons terkait keluhan mahalnya biaya karantina di hotel yang hingga mencapai Rp 19 juta. Dengan harga Rp 19 juta, itu merupakan paket karantina di hotel untuk 10 hari.

"Nah, itu udah paket itu, di situ tidak sama dengan reguler yang masuk hotel terus check out gitu bukan. Itu ada nakesnya, ada PCR-nya ditanggung hotel. Terus di hotel PCR kedua ditanggung oleh hotel. Armada pengangkutnya dari bandara yang bawa dari hotel, keamanannya juga hotel," imbuhnya. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga menyindir warga yang pulang dari luar negeri tapi meminta karantina gratis di RS Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet. Hal ini disampaikan merespons isu penumpukan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta. Luhut mengatakan banyak pelaku perjalanan luar negeri dari kalangan orang kaya yang enggan menjalani karantina di tempat yang sudah ditetapkan pemerintah.

"Banyak yang belanja ke luar negeri, shopping, tidak mau karantina di hotel, padahal dia bisa. Dia minta supaya dia dikarantina di Wisma Atlet karena gratis," kata Luhut dalam update penanganan PPKM, Senin (20/12/2021).

Wisatawan memang perlu pesan hotel karantina

Menanggapi kasus yang viral ini, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyarankan kepada traveler untuk memesan hotel karantina sebelum terbang ke Indonesia.

"PHRI telah membuat D-HOTS untuk memudahkan transparasi untuk biaya karantina, itu yang kami lakukan. Jadi seharusnya kita kolaborasi bersama pemesanan hotel itu harus melalui D-HOTS," ujar Yusran saat dihubungi detikcom, Selasa (21/12/2021).

Yusran juga mengatakan masih ada pelaku perjalanan luar negeri yang saat kembali ke Indonesia belum melakukan reservasi hotel karantina. Ini tentu saja menjadi peluang bagi calo untuk menawarkan hotel.

"Sekitar 10 persen datanya, katanya, pelaku perjalanan luar negeri itu saat kembali belum melakukan proses reservasi dan mereka mencari hotel karantina saat telah di bandara. Mungkin, pada saat itulah masuk calo saat mereka bertanya. Karena hotel yang masuk dalam karantina itu terikat dalam komitmen, dan hotel karantina itu ada dalam sistem D-HOST itu," kata Yusran. (ae/)

Baca Selengkapnya di: Detik News

Viral PMI Nunggu Lama di Soetta untuk Karantina, Ini Ternyata Penyebabnya

Satgas Cibir Wisatawan Bolak-balik Luar Negeri tapi Minta Karantina Gratis

Luhut 'Sindir' Banyak yang Belanja di Luar Negeri tapi Minta Karantina Gratis

Viral Traveler Keluhkan Calo Hotel Karantina, Ini Saran dari PHRI