1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vietnam, Anggota WTO ke-150

10 Januari 2007

Vietnam mengubah sistem perekonomiannya dan berhasil meningkatkan pendapatan kotor negara. Apa keuntungan yang diperolehnya setelah menjadi angota WTO?

https://p.dw.com/p/CP9m

Pendapatan kotor negara Vietnam sepuluh tahun belakangan ini tumbuh rata-rata 7,5 persen dan tahun lalu mencapai 60 milyar Dolar Amerika Serikat. Pemerintah Vietnam mencanangkan sampai tahun 2010 masuk ke kelompok negara di ambang industri dan hingga 2020 termasuk kelompok negara industri.

Le Dan Doanh, Konsultan Ekonomi Pemerintah Vietnam sangat optimistis dengan bergabungnya Vietnam ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia WTO.

"Untuk Vietnam, hal ini adalah titik balik yang sangat penting. Masuknya Vietnam ke WTO memungkinkan berbagai reformasi memajukan perekonomian. Ini dapat memacu Vietnam bertambah dinamis sekaligus memajukan negara kami. Saatnya sangat tepat.“

Sejak diterapkannya politik ekonomi baru 20 tahun yang lalu, pertumbuhan perekonomian Vietnam berkembang pesat. Pemerintah Vietnam mencanangkan program pembaruan yang dikenal dengan Doi Moi, yang antara lain mengubah sistem perekonomian Vietnam dari sosialis menjadi berorientasi pasar. Sejumlah perusahaan negara bakal diswastanisasikan, termasuk maskapai milik negara: Vietnam Airlines.

Kesediaan Vietnam untuk meliberalisasi perekonomiannya memudahkan negara itu masuk sebagai anggota baru WTO. Vietnam mencanangkan penurunan bea cukai di tahun-tahun mendatang serta memudahkan investor asing untuk masuk ke pasar Vietnam. Untuk Vietnam sendiri setelah menjadi anggota WTO tidak diberlakukan lagi kuota bagi produk-produk Vietnam yang hendak masuk ke 149 negara anggota WTO lainnya. Namun, situasi baru ini, terutama bagi perusahaan yang baru berdiri dapat membawa masalah baru, demikian tutur Konsultan Ekonomi Pemerintah Vietnam Le Dang Doanh.

Ada kekhawatiran bahwa dengan bergabungnya Vietnam ke WTO upayanya dalam memangkas angka kemiskinanbisa mengalami kemunduran. Jumlah penduduk miskin di negara itu menurun sekitar 20 persen. Namun, persaingan ketat terutama di bidang agrobisnis dapat menimbulkan masalah baru bagi petani Vietnam.