1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vietnam "Harimau Asia " di Tepi Jurang

Rodion Ebbighausen / Ayu Purwaningsih27 November 2012

Bertahun lamanya, Vietnam dianggap sebagai negara yang perekonomiannya sedang booming. Namun salah urus di jajaran pemerintahan dan krisis ekonomi perlahan membawa kehancuran.

https://p.dw.com/p/16q9E
Pembangunan di VietnamFoto: Reuters

Tuan adalah pemuda berpendidikan dari Hanoi, Vietnam. Pertumbuhan ekonomi di Vietnam dalam beberapa tahun terakhir turut menyokong kesejahteraan hidupnya. Keluarganya tinggal di rumah baru dan kini ia mempertimbangkan untuk membeli sebuah mobil. Sebagai pejabat di pemerintahan kabupaten, ia memperoleh gaji yang baik. Sebagai tambahan, ia menanamkan modal di sektor perumahan dan sebuah perusahaan teknologi televisi.

Namun pada tahun-tahun terakhir ini, Tuan merasa takut akan ketidakpastian dan masa depannya. Untuk membeli mobil, ia tak merasa khawatir. Namun ia merasa cemas bila tabungannya menipis dan anjloknya harga rumah: “Saya tak tahu bagaimana seterusnya. Utang telah membuat negara ini lumpuh, dan pada akhirnya kita semua terkena dampaknya.”

Harga properti turun hingga 30 persen. Inflasi meningkat dan pada Oktober lalu mencapai tujuh persen. Bursa saham Vietnam HNX berada pada titik terendah sejak stau tahun terakhir. Lembaga rating Moody's dan Standard & Poor's memperkirakan iklim investasi di Vietnam “sangat fluktuatif“.

Infografik Vietnam Wirtschaftsindikatoren Englisch
Indikator Pertumbuhan Ekonomi Vietnam

Bahaya Penurunan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi melambat empat hingga lima persen. Dengan situasi ini, sulit dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi pertumbuhan penduduk. Belum lagi, banyak warga berusia muda yang akan memasuki pasar tenaga kerja. “Lambannya pertumbuhan ini signifikan bagi suatu rezim yang legitimasinya didasarkan pada pertumbuhan ekonomi,“ ujar Adam Fforde, dari Universitas Victoria, Melbourne.

Dalam dua tahun terakhir, satu juta orang di Vietnam kehilangan pekerjaannya, demikian menurut taksiran Fforde. Dan di negara ini, tidak ada sistem jaminan keamanan sosial.

Upaya Penyelamatan Pemerintah Diragukan

Melihat perkembangan yang cukup dramatis akhir-akhir ini, Tuan mengatakan banyak warga Vietnam, termasuk dia, tak yakin akan membaiknya situasi ke depan, “Saya berharap pemerintah mencari jalan keluar. Kita membutuhkan kepastian."

Nguyen Tan Dung
PM Vietnam Nguyen Tan DungFoto: AP

Banyak yang skeptis atas kemampuan pemerintah untuk mencari jalan keluar dari krisis. Demikian dikatakan pakar Vietnam. Fforde. Sebaliknya, banyak yang memandang pemerintah malah berperan dalam menyumbangkan kesengsaraan ekonomi ini.

Pada tahun 1986, ada program politik ekonomi yang disebut „Doi Moi“ atau Pembaruan. Awalnya, program ini mengalami keberhasilan besar, namun kesuksesan itu tidak langgeng. Pada tahun 2007 program itu kehilangan keseimbangannya, papar Fforde.

Salah Kelola dan Korupsi

Walau agak lambat, Vietnam ikut terpukul keras akibat krisis ekonomi tahun 2007, sebab ekonomi negara di Asia Tenggara itu amat tergantung pada sektor ekspor. Para pemuka bisnis di Hanoi mengajukan permohonan paket stimulus ekonomi yang amat mahal. Sebagian dananya kemudian dikorupsi dan terjadi salah manajemen dalam pengelolaan dananya. Yang tersisa hanyalah defisit anggaran negara, bank dan perusahaan.

Sementara itu, dalam beberapa bulan terakhir, terjadi perpecahan di jajaran pucuk pimpinan partai. “Ini menunjukan bahwa pemimpin partai telah menyadari betapa seriusnya situasi ini,“ papar Jörg Wischermann, pakar urusan Vietnam dari Berlin. Pimpinan partai pertama-tama lebih mementingkan kekuasaannya, baru kemudian negaranya. Ditambah lagi, banyak dana yang dijarah aparat keamanan yang represif.

KP Kongress in Vietnam
Kongres partai di VietnamFoto: AP

Solusi untuk mengatasi krisis ini adalah, Vietnam harus membangun kelas menengah yang solid. Dibutuhkan pengembangan sistem pendidikan, kesehatan dan infrastruktur, ujar pakar urusan Vietnam, Adam Fforde. Di samping itu, sektor agraria juga harus lebih digiatkan. Hingga saat ini hak-hak petani atas tanah masih dibatasi.