1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Virus Corona Mengubah Cara Manusia Menghadapi Kematian

Silke Bartlick
25 Maret 2020

Rekaman video truk-truk militer yang mengangkut korban meninggal akibat virus corona di Italia mengejutkan dunia. Apakah pandemi COVID-19 telah mengubah cara kita menghadapi kematian?

https://p.dw.com/p/3Zzfy
Italien Poster für Solidarität in Bergamo
Foto: Imago Images/Independent Photo Agency Int./S. Agazzi

Di kota Bergamo, Italia utara, truk-truk militer yang membawa korban meninggal akibat virus corona lalu lalang setiap hari. Ada begitu banyak korban meninggal akibat virus corona dan Italia tidak punya cara lain untuk mengangkut ratusan peti mati berisi jenazah korban pandemi corona ke krematorium selain menggunakan truk-truk militer.

Rekaman truk-truk militer pembawa jenazah tersebut telah beredar di jagat maya dan mendapat atensi dunia. Pesan suram yang tersirat adalah ketika orang meninggal di tengah pandemi virus corona, mereka tidak didampingi oleh orang-orang terkasih di sisinya, virus tidak peduli tentang penghormatan terakhir, atau duka kerabat dan teman.

Jumlah orang yang terinfeksi virus corona di kota Bergamo lebih banyak daripada provinsi lain di Italia. Menurut pihak berwenang setempat, pekan lalu saja lebih dari 300 orang tewas di sana. Sebagian besar meninggal di kamar rumah sakit tanpa didampingi kerabat atau teman, untuk setidaknya memegang tangan mereka atau bercerita untuk mengurangi ketakutan mereka. Karena bahaya infeksi, pengunjung tidak diizinkan masuk rumah sakit, dan banyak anggota keluarga yang melakukan karantina sendiri.

Truk militer di Bergamo, Italia
Truk-truk militer di Italia yang membawa korban meninggal akibat COVID-19Foto: via REUTERS

Virus membuat aturan baru

Mirisnya, virus corona mempunyai aturan sendiri. Salah satunya adalah bahwa kematian yang disebabkan oleh virus corona tidak dapat ditangani seperti biasanya. Aturan lainnya adalah bahwa yang berduka karena kehilangan kerabat atau teman harus tetap sendirian. Pemakaman yang terjadi di Italia utara belum pernah terjadi sebelumnya, yakni berlangsung dengan sangat cepat dan tidak adanya pelayat. Daftar pemakaman masih panjang, dan menurut hukum Italia orang masih tidak boleh bertemu.

Di tengah aturan untuk menjaga jarak, orang-orang tidak dapat mengunjungi satu sama lain, teman dan kerabat tidak dapat berkumpul secara langsung untuk berbagi kenangan tentang almarhum. Tidak ada pelukan yang menghibur dan tidak ada upacara pemakaman yang dihadiri keluarga dan teman. Tampaknya, yang berduka pun harus mencari dukungan dari dalam diri mereka sendiri, atau dengan melakukan panggilan telepon dan video ke keluarga.

Orang-orang pun seringkali mengetahui kabar duka tentang teman atau orang yang mereka kenal lewat pemberitaan di surat kabar. Pada 13 Maret, surat kabar lokal L'Eco di Bergamo menerbitkan sepuluh halaman penuh berita kematian. Tampaknya virus tidak hanya menentukan bagaimana kehidupan kita sehari-hari, tetapi juga bagaimana kita meninggalkan kehidupan, atau berkabung.

Papan pengumuman kematian akibat virus corona
Papan pengumuman korban meninggal akibat virus corona di Alzano Lombardo, dekat kota Bergamo, ItaliaFoto: picture-alliance/dpa/AP/L. Bruno

Kematian dikesampingkan

Sejarawan Perancis Philippe Ariès dalam studinya History of Death, menunjukkan bahwa hubungan antara manusia Barat dan kematian berubah secara dramatis pada abad ke-19. Pada saat itu, selama ribuan tahun kematian adalah sesuatu yang sangat dekat dengan manusia, menjadi bagian yang diterima dalam kehidupan. Tetapi manusia modern, menurut Ariès, mengesampingkan hal tentang kematian karena rasa takut. Pada masyarakat modern yang berorientasi pada pencapaian, kematian tidak termasuk dalam hal yang direncanakan. Kematian itu dianggap sebagai gangguan.

Saat ini, ketika orang mati, mereka jarang dikelilingi oleh keluarga dan teman-teman dan malah cenderung terabaikan. Di beberapa bagian Eropa selatan, situasinya masih agak berbeda, terutama di tempat-tempat di mana anggota keluarga dari berbagai generasi masih hidup bersama di bawah satu atap. Mereka masih menjadikan lingkaran kehidupan sebagai fokus utama. Namun, apa yang dijelaskan Ariés pada tahun 1978 sepenuhnya benar bahwa kematian telah menjadi asing bagi kita dan menghilang dari kehidupan sehari-hari.

Manusia modern mendapat gambaran kematian sebagai produk budaya, dihilangkan dari kenyataan, yaitu, ketika orang mati di panggung, film dan televisi, sering kali dengan cara yang spektakuler dan melibatkan banyak darah. Kematian mengalami penurunan makna dan berubah menjadi bentuk seni, yang tanpa henti mereproduksi penindasannya sendiri.

Disadarkan kembali oleh kematian

Di tengah pandemi virus corona, situasinya sekarang berbeda. Di Lombardy, orang yang meninggal harus dibawa ke krematorium dengan truk-truk militer. Jelas bahwa konvoi kendaraan militer ini telah membuat kematian benar-benar dekat dan terlihat, seolah-olah kematian telah menyadarkan manusia bahwa hal ini nyata dan hadir di tengah-tengah kehidupan, serta mustahil untuk diabaikan.

Di sebagian besar dunia, kehidupan publik saat ini terhenti, seperti halnya kegiatan konsumsi dan produksi, karena masyarakat berjuang untuk menahan penyebaran wabah. Terlepas dari biaya yang besar, umat manusia telah berfokus pada martabat dan perlindungan manusia. Mungkin perjuangan ini bisa menjadi penghiburan kecil bagi semua orang yang saudara, teman atau tetangganya harus meninggalkan dunia ini.

(pkp/gtp)