1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Afghanistan Kecewa atas Pencapaian Barat

27 November 2009

Meski telah berjejak di Afghanistan sejak delapan tahun lalu, negara barat masih kebingungan mencari solusi untuk menciptakan demokrasi yang stabil di Kabul. Warga Afghanistan sendiri kecewa atas kegagalan barat tersebut

https://p.dw.com/p/KiPE
Seorang serdadu AS memeriksa pengendara sepeda motor di dekat kota Balisal, AfghanistanFoto: AP

Negara-negara barat tidak mengerti keinginannya sendiri - begitu setidaknya ujar Hayatullah Rafiqi. Namun setiap kali ia mendengar siaran radio, dosen literatur dari Kandahar itu mendengar pendapat yang berbeda dari barat, terkadang mengenai strategi penarikan pasukan atau perpanjangan mandat penugasan pasukan.

Rafiqi tidak lagi mengerti apa yang bisa dipercaya dari perkembangan yang saling bertentangan itu. Ia menyebut banyak contoh untuk menggambarkan, betapa pasukan perdamaian internasional dan pemerintah Afghanistan selalu berupaya menutup-nutupi sasarannya.

Keraguan meluas

„Sebelum Kai Eide, sebenarnya seorang diplomat Inggris dicalonkan untuk menjadi utusan khusus sekjen PBB di Afghanistan. Tapi Karsai menolaknya karena ia ingin berunding dengan Taliban. Karsai khawatir, Inggris cuma bertindak atas kepentingan sendiri, dan itu tidak baik untuk Afghansitan," tudingnya.

Symbolbild Bundeswehr Afghanistan Auslandseinsatz
"Kapan serdadu asing akan mengakhiri terorisme di Afghanistan?" - tanya seorang penduduk Kandahar. - Seorang pria Afghanistan dengan keledainya mengikuti konvoi serdadu Jerman di Yaftal E Sofla, di wilayah pengunungan Feyzabad, timur Kundus.Foto: AP



Namun pada akhirnya Karsai sendiri yang kini ingin berunding dengan Taliban, kata Rafiqi lagi. Menurutnya hal tersebut menunjukkan bahwa semua pihak cuma mengejar sasaran masing-masing, "itu bukan perang melawan terorisme atau keamanan dan pembangunan kembali, melainkan sasaran yang tidak seorangpun mengetahui," tukasnya.

Banyak warga Afghanistan tidak percaya bahwa semua negara yang mengirimkan pasukannya, sedang menjalankan strategi bersama yang dirumuskan atas kepentingan Afghanistan. Muhammad Ibrahim Spesali, seorang jurnalis dari Helmand menggambarkan situasi yang dihadapi ISAF dan NATO,"Amerika, Jerman atau Kanada tidak bersuara bulat. Hari ini mereka berbicara tentang satu hal, esoknya mereka melakukan hal yang lain."

"Kapan serdadu asing akan mengakhiri Terorisme?"

Hayatullah Ragfiqi berharap negara barat mengutarakan strategi dan sasarannya dengan lebih jelas. Selain itu semua janji yang telah diumumkan agar secepatnya direalisasikan.

Di kampung halamannya di Kandahar yang termasuk salah satu wilayah yang paling berbahaya di Afghanistan, Rafiqi mengalami sendiri ancaman teror dari kelompok Taliban dalam kesehariannya. „Kapan serdadu asing mengakhiri terorisme? semua dunia berbicara mengenai terorisme. Setiap hari ratusan warga sipil kehilangan hidupnya. Tapi di mana terorisme itu harus dilawan?"

Pertanyaan semacam itu muncul lantaran semakin rendahnya tingkat keamanan dan besarnya keraguan terhadap serdadu asing di Afghanistan. Lantas rencana apa yang sedang dipersiapkan barat di Hindukush? Kini mereka sendiri yang harus menjawabnya.

Melanie Riedel/Rizki Nugraha

Editor: Edith Koesoemawiria