1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Warga Jerman dan Cuaca Panas

20 Juli 2006

Musim panas yang selalu dinantikan warga Jerman, kadang dapat menjadi bumerang. Suhunya bisa menjadi terlalu panas dan tidak dapat dinikmati lagi.

https://p.dw.com/p/CPWk
Foto: picture-alliance / dpa

Siang hari di kota Bonn. Panas menyengat pusat bekas ibukota Jerman tersebut. Namun seperti tidak terganggu teriknya matahari, seorang musisi jalanan asal Afrika memainkan serulingnya. Butiran keringat terlihat membasahi keningnya. Sayang, ia tidak banyak memperoleh pendengar hari itu. Cuaca terlalu panas bagi para pejalan kaki untuk berdiam diri dan menikmati musiknya. Termometer menunjukkan 35 derajat Celsius, sangat panas bagi masyarakat Jerman. Di pasar pun yang biasanya ramai oleh pembeli, suasananya turut terpengaruh oleh matahari.

Diantara buah-buahan yang kesegarannya menggoda, para penjual bermandi peluh sambil berusaha menjajakan dagangan mereka. Namun, menurut Albert Sühl salah seorang pemilik kios buah, sulit bagi mereka untuk mendapatkan pembeli.

Albert Sühl : Berat sekali. Mereka yang memang tidak harus ke pusat kota, memilih untuk berdiam di rumah dan menyegarkan diri di tempat lain. Pada pagi hari, di saat masih dingin, penjualan masih lumayan. Tapi selain itu, bisa dibilang tidak ada sama sekali.”

Nasib para penjual minuman jauh lebih baik. Minuman dingin menjadi hal yang paling dicari masyarakat Jerman akhir-akhir ini. Seorang pelayan kafe di pusat kota mengatakan, warga Bonn memiliki minuman favorit. Yakni air soda rasa apel atau bahasa Jermannya Apfelschorle. Minuman populer di Jerman yang komposisinya terdiri dari air soda dan jus apel.

Pelayan kafe : “Yang paling banyak terjual adalah air soda rasa apel. Terutama dalam gelas berukuran besar. Minuman dinginnya juga laku keras. Kopi juga lumayan, tapi tidak sebanyak air soda rasa apel. Bir baru banyak terjual di malam hari, mulai jam tujuh atau delapan malam.”

Penjual es juga mengeruk untung dari udara yang panas ini. Tetapi hanya, jika mereka berada di lokasi yang tepat. Dan tempat yang strategis tidak selalu berarti di pusat kota, demikian pengalaman pemilik kios es buatan Italia Lazzarin.

Pemilik kios es: “Penjualan tidak luar biasa. Jika suhu di bawah 30 derajat, antara 25 dan 30, jualan lancar. Tetapi kalau diatas 30 derajat, orang-orang lebih memilih untuk tidak ke pusat kota dan lebih suka berenang misalnya. Ini hal yang wajar.”

Kalau tidak berenang, mereka duduk di tepi air mancur dan membenamkan kaki mereka di kolam air yang dingin, atau sekedar mencari tempat yang teduh. Menghindari terik matahari, seperti yang dilakukan oleh mahasiswa bernama Gerhard.

Gerhard : “Saya benci cuaca ini. Saya menyukai musim dingin. Dan saya berharap musim dingin akan segera tiba. Saya berusaha untuk mengatasi panas, seperti misalnya bermain dengan air dan berteduh.”

Apalagi yang dilakukan orang Jerman jika mereka masih saja merasa kepanasan? Berikut tip para pejalan kaki di pusat kota Bonn.

“Mandi dengan air dingin.”

“Tidur tanpa busana.”

“Duduk di tepi sungai Rhein dan tempat yang teduh.”

“Duduk di kursi, mendengarkan musik, minum dan makan buah.”

“Mandi air dingin setiap jam. Minum yang dingin-dingin.”

“Berteduh, membaca, jalan-jalan, berenang.”

“Bir yang dingin – itu selalu membantu.”