1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Palestina Long March Menuntut Dikembalikannya Tanah Mereka

30 Maret 2018

Ribuan warga Palestina di Jalur Gaza memulai aksi protes pada hari Jumat untuk kembali ke tanah air mereka. Israel menyebutnya sebagai "provokasi berbahaya". Protes berbuntut bentrokan dengan aparat keamanan Israel.

https://p.dw.com/p/2vEjl
Palästina Vor dem Marsch der Rückkehr in Rafah
Foto: picture-alliance/dpa/ZUMA Wire/APA Images/A. Amra

Long march ini merupakan aksi yang dipimpin Hamas untuk berupaya mendapatkan "hak untuk kembali" bagi para pengungsi Palestina dan keturunan mereka ke wilayah yang saat ini diakui sebagai milik Israel. "Kami menekankan, ini adalah pawai damai," kata anggota senior Hamas Chalil al-Haja. Warga perempuan dan anak-anak juga berpartisipasi dalam aksi ini.

Kementerian Luar Negeri Israel mengkritik Hamas, "Kampanye yang digelar oleh kepemimpinan Palestina, sebenarnya adalah provokasi berbahaya untuk mengobarkan api konflik dan meningkatkan ketegangan." Aparat keamanan Israel telah mempersiapkan kemungkinan bahwa peserta unjuk rasa akan menerobos perbatasan.

Seperti telah diduga, aksi protes yang semula berlangsung damai, berujung dengan aksi kekerasan. Puluhan warga Palestina dilaporkan terlibat bentrokan dengan aparat keamanan Israel. Warga membakar ban bekas dan melempari tentara Israel dengan batu. Militer membalas dengan gas air mata bahkan tembakan peluru tajam. Sejumlah orang cedera akibat peristiwa kekerasan itu.

Dengan alasan keamanan, militer Israel menyatakan akan menutup wilayah Palestina selama perayaan Paskah Yahudi. Mulai hari Kamis malam, selama sembilan hari warga Palestina diizinkan meninggalkan Tepi Barat dan Jalur Gaza hanya dalam keadaan darurat kemanusiaan, demikian dikatakan kata seorang juru bicara.

Baca juga:
Ketika Palestina Belajar Mencintai Kemakmuran
Beginilah Pengusaha Yahudi Promosikan Zionisme di Palestina

Protes berlanjut hingga Hari Nakba

Aksi protes warga Palestina ini direncanakan akan berlangsung hingga 15 Mei. Aksi ini merupakan peringatan 70 tahun berdirinya negara Israel. Warga Palestina memperingati tanggal 15 Mei ini sebagai Hari Nakba (Hari Bencana), karena sekitar 700.000 orang Palestina melarikan diri atau diusir selama dan pasca berkecamuknya Perang Timur Tengah pertama pada tahun 1948.

Sementara itu, pada tanggal 14 Mei mendatang, AS direncanakan akan membuka kedutaan besarnya di Yerusalem. Bulan Desember lalu, Presiden Donald Trump memproklamirkan pengakuan sepihak Yerusalem sebagai ibukota Israel.

Dalam beberapa tahun terakhir, warga di wilayah Palestina menggelar unjuk rasa pada tanggal 30 Maret setiap tahunnya menentang pendudukan Israel. Pada hari yang disebut "Hari Tanah" ini, warga Palestina memperingati penyitaan tanah besar-besaran dan tewasnya enam orang Arab-Israel yang dibunuh oleh polisi Israel di kota Sachnin pada 30 Maret 1976, saat mereka memprotes perebutan tanah Arab oleh Israel.

Baca juga:
Dampak Pengakuan AS atas Yerusalem
10 Fakta tentang Rebutan Yerusalem

yf/as (dpa/afp)