1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Wartawan Simak Telepon SBY dengan PM Australia

3 Juni 2014

Pemerintah Indonesia mengaku telah memperbolehkan para wartawan mendengarkan percakapan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan perdana menteri Australia.

https://p.dw.com/p/1CAvy
Foto: picture-alliance/JOKER

Pemerintah Indonesia mengaku telah memperbolehkan para wartawan mendengarkan percakapan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan perdana menteri Australia.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott dijadwalkan bertemu dengan presiden Yudhoyono di Batam pada hari Rabu seiring upayanya untuk memperbaiki hubungan kedua negara yang rusak oleh skandal tuduhan mata-mata dan kebijakan keras Australia terkait para pencari suaka.

Namun kini terungkap bahwa Jakarta memperbolehkan para wartawan Indonesia ikut mendengarkan pembicaraan ketika Abbott menelepon Yudhoyono bulan lalu untuk mengatur isi pembicaraan pekan ini.

Abbott pada hari Selasa menepis pelanggaran protokoler yang jelas dalam kasus ini, sementara juru bicara presiden Yudhoyono mencoba meredakan insiden, yang ia sebuat sebagai sebuah kesalahpahaman.

“Kami tidak melihat ini sebagai sebuah insiden besar. Tak ada yang penting dalam percakapan itu untuk membuat ini menjadi sebuah isu yang besar,“ kata juru bicara presiden Indonesia, Teuku Faizasyah, sambil menambahkan bahwa itu terjadi ”sesudah lebih dari sebulan“ sejak percakapan telepon berlangsung.

Ia mengatakan bahwa para reporter istana kepresidenan biasanya “diberi sekilas“ isi pembicaraan diantara presiden dengan para pemimpin dunia lainnya namun merupakan “sebuah kesalahan“ memperbolehkan mereka mendengar semuanya.

"Ada kesalahpahaman dimana beberapa media tetap tinggal di dalam ruangan. Ruangan itu dipenuhi para menteri dan pejabat, jadi sulit bagi para staff untuk mengatakan siapa yang seharusnya ada di sana,“ kata Faizasyah.

Istana presiden merilis kutipan percakapan kepada wartawan setelah pembicaraan telepon tersebut.

Abbott enggan mengkritik Jakarta, dan menghindari pertanyaan terkait insiden ini ketika ditanya oleh ABC – yang untuk pertama kali melaporkan soal kasus tersebut. Ia meyakinkan Indonesia bahwa ia akan selalu bersikap hormat.

Percakapan hangat di tengah ketegangan

“Dengar, saya melakukan percakapan yang sangat ramah dengan presiden (Yudhoyono), dan saya bisa mengatakan bahwa presiden sangat ingin bercakap-cakap hangat dengan saya,“ kata dia.

“Dan hal yang penting adalah kualitas percakapan; itu yang penting.

“Dan saya selalu merasa yang muncul dari diskusi-diskus saya dengan Presiden Yudhoyono adalah perasaan terangkat dan dorongan dan itu adalah hal yang sangat baik.”

Hubungan antara dua tetangga memburuk tahun lalu seiring tuduhan yang muncul bahwa Canberra telah memata-matai Yudhoyono, isterinya serta sejumlah menteri.

Jakarta juga menyatakan frustasi dengan kebijakan keras Canberra dalam isu imigrasi, di mana angkatan laut Australia mengembalikan kapal-kapal berisi para pencari suaka dari perairan mereka ke perairan Indonesia.

Duta besar Indonesia untuk Australia telah ditarik ke Jakarta sejak November tahun lalu, saat ketegangan memuncak, dan baru kembali ditugaskan bulan lalu.

ab/hp (afp,ap,rtr)