1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

SmartTV:Mata-Mata di Ruang Keluarga

Martin Riebe25 Mei 2016

SmartTV bisa disalahgunakan memata-matai aktivitas dan kebiasaan pemiliknya. Selain menghimpun data, televisi pintar juga bisa merekam kegiatan intim kita.

https://p.dw.com/p/1Iu0I
Symbolbild Multimedia Auge Cyberwar
Foto: Fotolia/Kobes

SmartTV:Mata-Mata di Ruang Keluarga

Pasangan pemilik SmartTV asal Inggris baru-baru ini syok, karena kegiatan intim mereka di ruang keluarga tiba-tiba menyebar dalam situs porno di internet. Selidik-punya selidik, ternyata SmartTV yang dipajang di ruang keluarga diretas orang tak dikenal, dan merekam kegiatan pemiliknya saat beraktivitas seks di rumah.

IFA 2012 in Berlin Smart TVs
SmartTV tawarkan kenyamanan menonton tapi juga bahaya dimata-mataiFoto: picture-alliance/dpa

Memang, jika menonton televisi di rumah sendiri, orang merasa tidak ada yang memperhatikan. Di rumah sendiri, orang merasa berada di lingkup privat, dan masyarakat umum ada di luar. Tapi sejak meluasnya Smart-TVs ke berbagai rumah, situasi itu sudah berakhir, karena Smart-TV modern tidak hanya menerima data. Mereka juga menyebarluaskan data. Ini celah keamanan yang berdampak negatif.

"Dalam hal Smart-TV, pengguna berpikir mereka memakai televisi, sebuah alat yang pasif, yang tidak melakukan banyak hal. Smart-TVs sebenarnya alat yang aktif, yang mendengar, melihat, bisa mengawasi apa yang Anda tonton, dan apa yang Anda cari di internet jika Anda memakainya sebagai 'browser'. Dan bahaya terbesar adalah: orang tidak sadar. Orang diawasi tanpa menyadarinya, ujarf Prof. Michael Waidner, dari Institut Fraunhofer untuk teknologi informasi lebih aman- SIT.

Transfer data diam-diam

Setiap kali kita menyalakan Smart-TV atau mengubah program, televisi mengirimkan pertanyaan kepada situs stasiun televisi. Kalau di Jerman, dari situs itu orang mendapat petunjuk tentang penjagaan keamanan data, yang memberi peringatan, bahwa stasiun televisi kini mengumpulkan data tentang si pengguna. Petunjuk ini kerap terselubung. Orang tidak mungkin mencegahnya, dan itu ada dampaknya.

Marco Ghiglieri, pakar informatika dari Technische Uni Darmstadt menjelaskan: "Pengumpulan data bisa digunakan, agar pengguna mendapat iklan-iklan yang mungkin menarik. Dalam kasus lebih parah, asuransi kesehatan bisa menggunakan data untuk menaikkan biaya asuransi kesehatan, dengan alasan: pengguna terlalu banyak nonton televisi.

Penawar layanan bisa membuat profil untuk kebiasaan pengguna televisi. Jika beberapa orang secara bersamaan menggunakan sebuah televisi, problem bisa timbul. "Iklan yang disesuaikan dengan Anda bisa tampak demikian: malam hari Anda melihat film yang melibatkan brutalitas. Sehari setelah itu, anak Anda disuguhkan iklan-iklan tentang senjata tertentu", tambah Marco Ghiglieri.

Membuat profil konsumen

Dari jejak data yang kita tinggalkan lewat smart TV atau ponsel pintar, bisa dibuat profil kepribadian yang menyeluruh. Padahal ponsel hanya mencatat ke mana Anda pergi, apa yang Anda lakukan, di mana Anda berbelanja, sesering apa Anda pergi ke toko tertentu dan ke gereja mana Anda pergi.

Hervais Simo Fhom pakar informatika dari Institut Fraunhoferfür -SIT mengatakan:

"Bisa dideteksi juga, apakah si pengguna cenderung tidak labil secara emosional, atau terbuka, atau cenderung memperhatikan peraturan. Jadi semua ciri yang disebut Big-Five, lima ciri kepribadian, yang jadi standar dasar dalam psikologi secara umum".

Coba bayangkan, kepala bagian personal di kantor mendapat data-data Anda. Pencari kerja bisa diterima berdasarkan profil kepribadian semacam ini, atau juga ditolak. Atau perusahaan merencanakan karir berdasarkan data-data tersebut.

Ilmuwan dari Institut Fraunhofer untuk teknologi informasi yang aman dan Universitas Teknik Darmstadt bekerjasama mencari strategi untuk menghadapinya. Inti utama: semua orang harus bisa memutuskan sendiri, apakah ia bersedia memberikan data-datanya.

Perangkat pelindung data

Para peneliti di Darmstadt mengembangkan 'alat perlindungan data', yang menjadikan pengguna penentu utama atas data-data pribadinya. Komputer berupa kotak kecil yang ditempatkan di belakang Smart-TV mengawasi lalulintas data dari dan ke televisi, dan memberikan peringatan jika menemukan aliran data kritis.

Marco Ghiglieri menjelaskan fungsinya: "Segera setelah Anda mendapat informasi dari kotak itu, Anda bisa memutuskan apakah stasiun televisi akan mendapat data Anda atau tidak. Itu dilakukan pengguna dengan menekan tombol hijau.

Peralatan rumah tangga lain yang 'pintar', seperti pengatur penghangat ruangan, kamera atau gelang pengukur kebugaran menyalurkan data pribadi lewat internet. Perusahaan harus memberikan kesadaran kepada konsumen tentang penyaluran data ini, atau meminta ijin, juga untuk kepentingan sendiri.

Prof. Michael Waidner menjelaskan lebih lanjut: " Perlindungan data adalah faktor kepercayaan yang penting. Kepercayaan adalah dasar semua bisnis. Jika perusahaan ingin mengadakan bisnis, mereka harus membangkitkan rasa percaya pada konsumen. Tanpa adanya perlindungan data, tidak ada kepercayaan. Tanpa kepercayaan tidak ada bisnis.

Jika tidak ada kepercayaan atau tidak punya kotak penjaga data, lebih baik jika saluran internet kerap Anda hentikan.