1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

WHO dan ASEAN Siapkan Simulasi Tangkal Pandemi Flu Burung pada Manusia

Zaki Amrullah dan Ayu Purwaningsih28 Maret 2007

Organisasi Kesehatan Dunia WHO, Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara ASEAN dan Jepang akan bekerjasama menguji coba kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi wabah flu burung pada manusia.

https://p.dw.com/p/CPV9
Gambar simbol Flu Burung dan upaya pencegahannya
Gambar simbol Flu Burung dan upaya pencegahannyaFoto: dpa - Report

Kerjasama antara WHO, ASEAN dan Jepang untuk menggelar simulasi kesiagaan menghadapi pandemi flu burung pada manusia, akan dilaksanakan pekan mendatang. Rencananya simulasi itu akan diadakan dua hari, 2 dan 3 April 2007. WHO akan membuat simulasi penanganan wabah flu burung pada manusia dengan mengirimkan obat penangkal Tamiflu berikut alat perlindungan diri dari lokasi penyimpanannya di Singapura ke Kamboja, negara yang diandaikan muncul tanda-tanda pandemi flu burung. Alat-alat tersebut diantaranya kacamata pelindung dan masker bantuan dari Jepang.

Direktur WHO kawasan Barat Pasifik, Shigeru Omi, mengatakan simulasi ini diharapkan dapat menghasilkan informasi praktis mengenai efisiensi prosedur penanggulangan dan memperbaiki respon terhadap wabah flu burung.

Uji coba itu dilakukan di tengah sengketa menyangkut pengiriman sampel darah terinfeksi virus flu burung Indonesia, yang ditengarai disalahgunakan untuk kepentingan komersial oleh negara-negara maju. Indonesia yang sempat berang dan menghentikan pengiriman, akhirnya setuju mengirimkan kembali contoh darah tersebut, setelah adanya kesepakatan baru dengan WHO.

Dengan kebijakan baru ini, nantinya seluruh penggunaan sample virus H5N1 asal Indonesia harus sepengetahuan pemerintah Indonesia. Komitmen itu disampaikan, Asisten Direktur Jendral WHO Jenewa, David Heymann.

“Detail dari kebijakan baru ini akan dituangkan dalam butir-butir perjanjian. Yang akan menjelaskan apa saja yang bisa dilakukan laboratorium WHO terhadap sampel virus. Dan butir perjanjian tersebut akan menjadi aturan standard WHO. Kami yakin aturan tersebut membolehkan kami menggunakan virus-virus tersebut untuk melakukan langkah pencegahan resiko yang memang perlu dilakukan WHO. Dan juga WHO bisa mengembangkan tes diagnosa non komersial dan mengidentifikasi virus yang merupakan bibit vaksin. Bibit vaksin tersebut kemudian akan dibagikan kepada perusahaan famasi untuk dikembangkan menjadi vaksin dan mekanisme itulah yang ditentukan dalam butir-butir perjanjian.”

Kesediaan Indonesia untuk kembali mengirimkan contoh darah terinfeksi itu, disambut baik pula oleh Amerika Serikat. Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono di hadapan delegasi 30 negara yang membahas flu burung, Rabu (28/03), mengatakan kemenangan dunia dalam memerangi virus H5N1itu tergantung dari pemberdayaan dan kesiapan seluruh negara dalam membangun ketahanannya terhadap virus yang mematikan tersebut.

Sementara itu, Indonesia mengumumkan lagi kasus kematian akibat virus Avian Influenza tersebut. Tiga orang disebutkan meninggal dunia sejak akhir pekan kemarin. Angka itu meningkatkan jumlah kematian di Indonesia akibat flu burung. Hingga kini jumlahnya mencapai 69 orang. Dengan demikian Indonesia masih mencatat angka kematian akibat flu burung tertinggi di dunia, yang seluruhnya mancapai 169 orang.