1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aksi Kekerasan di Suriah Bertambah Parah

2 Agustus 2011

Setidaknya 24 orang tewas di beberapa kota Suriah dalam aksi protes yang terjadi Senin (01/08). Aksi kekerasan dilakukan militer untuk membubarkan massa yang berkumpul usai buka puasa di hari pertama bulan Ramadhan.

https://p.dw.com/p/129V8
Foto: picture alliance/dpa

Berita ini seakan menegaskan, ketakutan Presiden Bashar al Assad bahwa aksi protes akan bertambah di bulan puasa, saat umat Muslim bersama-sama keluar dari mesjid. Dunia internasional mengecam langkah Assad, termasuk negara anggota Dewan Keamanan PBB. Namun, sidang darurat yang digelar Senin (01/08) berakhir tanpa hasil yang konkrit.

Resolusi untuk Akhiri Kekerasan

Sebelumnya, rancangan resolusi yang mengecam kekerasan terhadap warga Suriah, yang tidak mengandung sanksi tertentu, ditolak oleh Rusia dan Cina. Wakil duta besar Jerman bagi PBB Miguel Berger menjelaskan, "Empat anggota Dewan Keamanan PBB kíni mengajukan rancangan resolusi yang telah diubah. Kami berharap bahwa ini akan mendekatkan kami dalam hal-hal yang penting. Yakni, akhir dari kekerasan, pembebasan tahanan politik, kembali ke dialog politik dan penyidikan terhadap kasus kekerasan."

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague juga menuntut agar tekanan internasional diperkeras. Menurutnya, pengerahan militer bukanlah pilihan. Sanksi tambahan lah yang diperlukan. "Agar efektif, tekanan tidak bisa hanya datang dari negara Barat saja. Dunia Arab juga. Dan Turki yang sangat aktif dan mencoba meyakinkan Presiden Assad untuk melakukan reformasi. Saya mendiskusikannya dengan menteri luar negeri Turki kemarin dan ia setuju untuk meningkatkan tekanan internasional."

Selasa (02/08), perwakilan PBB dari 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB akan kembali membahas naskah rancangan resolusi. Namun, disahkannya sebuah resolusi hari Selasa (02/08) dianggap sebagai hal yang kemungkinan besar tidak akan terjadi.

Diragukan, Sanksi Dapat Tekan Assad

Sementara dunia internasional membicarakan sanksi bagi Assad, beberapa pakar Timur Tengah tidak percaya bahwa sanksi bisa menghentikan presiden Suriah tersebut. Termasuk Josef Alkashishan. Ia mengutarakan pendapatnya kepada stasiun televisi Al Jazeera. "Sekarang hampir terlambat untuk menanganinya dengan penjatuhan sanksi. Dampaknya juga akan dirasakan warga yang melakukan aksi protes. Pimpinan di Damaskus tidak akan bisa dicapai melaluinya. Sayangnya segenap dunia Arab juga memilih untuk diam. Setiap orang berharap bahwa Assad akan melakukan reformasi. Namun, ternyata partainya sendiri begitu kuatnya, sehingga ia tidak bisa memaksakan reformasi."

Lebih dari 1.500 warga sipil dan 350 pasukan keamanan telah tewas sejak aksi protes anti pemerintah dimulai. Ini menurut kelompok HAM lokal. Sulit untuk membuktikan laporan semacam itu, karena pemerintah Suriah melarang media asing dan kelompok HAM internasional masuk ke negaranya.

Vidi Legowo-Zipperer / afp / dpa

Editor: Hendra Pasuhuk