1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Aktivis "Orgasme" Perjuangkan Seksualitas Perempuan

13 September 2016

Firliana Purwanti ingin membebaskan perempuan dari penjara seksualitas yang dibangun masyarakat. Ia yakin kesetaraan gender di atas ranjang bisa menjadi batu loncatan menuju persamaan hak yang lebih luas

https://p.dw.com/p/1K12N
Symbolbild Sexismus Debatte
Foto: picture-alliance/dpa

Indonesia, di mata Firliana Purwanti, adalah sebuah penjara seksual. Sebab itu persamaan antara perempuan dan laki-laki di atas ranjang akan membantu kaum hawa mencapai kesetaraan di bidang politik dan bisnis.

"Jika orgasme anda dilarang, maka eksistensi anda sebagai seorang manusia juga dilarang," tutur perempuan yang oleh media barat dijuluki "Orgasm Lady" itu.

Julukan buat Firliana berasal dari bukunya yang berjudul "The O(rgasm) Project" yang mendokumentasikan kehidupan seksual 16 perempuan Indonesia dengan orientasi seksual yang berbeda-beda. Dengan berbicara lantang soal seks ia berharap bisa memicu diskursus publik tentang seksualitas perempuan.

"Saya sangat menyukai orgasme. Tapi sayangnya banyak perempuan yang tidak seberuntung saya untuk bisa menikmati kepuasan seksual mereka," ujarnya. "Tubuh anda, kepuasan seksual anda adalah kebebasan anda. Negara tidak punya urusan."

Indeks kesetaraan gender rendah

Indonesia saat ini berada di posisi 95 dari 145 negara dalam Indeks Kesenjangan Jender 2015 yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia. Catatan tersebut adalah akibat minimnya peluang dan rendahnya tingkat partisipasi perempuan di bidang ekonomi. Data terakhir menyebut cuma 54% perempuan yang bekerja, sementara pada laki-laki jumlahnya mencapai 86 persen.

Kesenjangan tersebut diyakini dipicu oleh pandangan konservatif masyarakat yang sering mendikte bagaimana perempuan harus berperilaku. Tes keperawanan, mutilasi genital dan tata cara berpakaian adalah salah satu diantaranya.

"Dalam buku saya, saya membahas mainan seks yang telah digunakan perempuan Aceh sejak awal 1900an. Saya juga mengupas praktik lesbian di istana istana Jawa. Jadi kelompok konservatif tidak bisa mengatakan seksualitas adalah budaya barat," ujarnya.

Uniknya pendekatan Firliana juga banyak menarik minat kaum pria. Hampir separuh pengikutnya di situs media sosia Facebook adalah laki laki.

"Kalau sudah urusan seks, mereka langsung aktif," tuturnya. Kini perempuan yang aktif di Partai Demokrat itu sedang menyiapkan buku kedua tentang seks dan politik.

Perjuangan Firliana mengadvokasi seksualitas perempuan mendorongnya maju ke pemilihan legislatif tahun 2019 mendatang.

rzn/as (rtr,ap)