1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialIndonesia

Anjing-anjing dari Tomohon Jalani Hidup Baru di AS

9 Februari 2024

Anjing-anjing yang diselamatkan dari ancaman pembantaian di "Pasar Ekstrem" Tomohon menjalani rehabilitasi di pusat rehabilitasi hewan di Maryland, Amerika Serikat, dan akan diadopsi keluarga penyayang anjing.

https://p.dw.com/p/4cE5s
 Rehabilitasi anjing dari Sulawesi
Anjing asal Tomohon kini di MarylandFoto: Meredith Lee/THumane Society International

Lola Webber, aktivis dari Humane Society International  yang bersama timnya dan aktivis pecinta hewan di Sulawesi Utara bercerita, saat diselamatkan pertengahan Januari 2023 silam dari "Pasar Ekstrem" Tomohon, dua puluh empat anjing itu banyak yang terluka. Sebagian dari mereka menunjukkan tanda-tanda penyakit, dehidrasi, dan malnutrisi.

"Rata-rata anjing tersebut takut kepada manusia. Sangat trauma. Dan traumanya itu, aduh begini, ya.... Saya pernah bekerja dalam penyelamatan anjing dari perdagangan anjing dan di beberapa tempat di Asia, tetapi menurut saya anjing-anjing Tomohon termasuk yang mengalami trauma paling parah yang pernah saya lihat,” papar Lola sedih. Sebagian besar anjing-anjing itu tidak mau didekati dan gelisah saat berada di antara orang-orang ketika diangkut ke Amerika Serikat guna direhabilitasi. Jika sudah sehat rencananya keluarga-keluarga di AS bisa mengadopsi mereka. Perjalanan anjing-anjing dengan bantuan aktivis dari Tomohon ke AS cukup berat. Namun menurut Lola, hewan-hewan tersebut berhasil bertahan hingga di negara Paman Sam itu.

Lola menceritakan pengalamannya saat menolong anjing-anjing itu di "Pasar Ekstrem" Tomohon: "Pasar itu diberi label pasar ekstrem seakan-akan seperti mendorong wisatawan untuk mengunjungi tempat itu.” Lola dengan timnya pertama kali pergi ke Tomohon untuk mengunjungi pasar itu dan mencoba melobi perubahan pada tahun 2017 silam. Mereka mencoba untuk membujuk para penjual untuk tidak mengusik hewan-hewan liar. "Dan seperti yang Anda bisa bayangkan, kami menghadapi banyak tantangan, karena ada tingkat konsumsi yang signifikan di Tomohon. Misalnya, jajak pendapat kami menunjukkan lebih dari 40% populasi pernah mengonsumsi daging anjing, jadi transaksi penjualan itu ada.”

Patsy Mandagie yang kelurganya pernag mengonsumsi anjing bercerita, kini keluarganya sudah tidak lagi mengonsumsi hewan itu, berkat kampanye para aktivis. "Dulu itu jadi semacam kebiasaan saja. Kami pun tak tahu apa alasannya makan itu.Tapi kini kami malah memelihara anjing untuk jadi bagian dari keluarga kami. Kami kini menyanyangi anjing," tuturnya.

Butuh dukungan semua pihak

Namun di samping itu, organisasi Humane Society International  juga bertemu dengan banyak aktivis lokal, termasuk kelompok Animal Friends Manado, Indonesia.”Tentu saja kami masih memiliki tantangan, kami masih harus terus bekerja sama dengan pemerintah. Kami masih harus melanjutkan kampanye kesadaran masyarakat di Tomohon dan sekitarnya untuk memastikan bahwa kita menjaga momentum dan dukungan melawan perdagangan daging anjing dan kucing,” imbuh Lola.

Sulawesi Utara tentu saja tidak hanya terdiri dari pasar ekstrem Tomohon, di mana anjing dan kucing dijual dan dibunuh. Ada banyak pasar dan rumah jagal lainnya yang digunakan untuk mensuplai anjing dan kucing. Jadi ini adalah masalah besar pada tingkat provinsi, ujar Lola. Namun timnya berkomitmen untuk bekerja pada tingkat provisi untuk benar-benar berupaya menghentikan suplai anjing dan kucing. "Kami tahu bahwa lebih dari 90% anjing dan kucing yang masuk ke pasar dan rumah jagal di Sulawesi Utara sebenarnya berasal dari provinsi lain di Sulawesi. Baik langsung dari Gorontalo, selaku tetangga, atau melalui Gorontalo. Jadi beberapa anjing bahkan berasal dari Sulawesi Selatan, tetapi mereka diperdagangkan di Sulawesi Utara melalui Gorontalo,” ujar Lola.

Memerangi rabies

Lola berupaya dan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menegakkan hukum yang sudah berlaku yaitu melarang perdagangan transprovinsi anjing dan kucing, yang terkait dengan upaya memerangi rabies. "Jadi kami ingin bekerja sama dengan pihak berwenang untuk membuat titik pemeriksaan untuk semua hewan yang dibawa ke provinsi Sulawesi Utara, menyasar para pedagang anjing dan kucing, sehingga pasokan anjing dan kucing berkurang. Jika kedua titik pemeriksaan di pintu masuk Sulawesi ini diberlakukan, suplai anjing dan kucing akan berakhir. Dan saya pikir jika suplai anjing dan kucing dihilangkan, saya rasa ada cukup dukungan lokal untuk menerima larangan perdagangan anjing dan kucing sehingga pada waktunya kita benar-benar bisa mengakhiri suplai dan permintaan untuk daging anjing secara permanen di Sulawesi Utara,” demikian harapannya.

DI AS, kini anjing.-anjing itu menjalani rehabilitasi menyeluruh. Butuh beberapa minggu untuk sebagian anjing, tapi untuk yang lainnya mungkin butuh waktu lebih lama untuk bisa mengatasi trauma dan untuk siap ditempatkan di rumah mereka yang permanen, di keluarga-keluarga penyayang hewan di AS. "Namun, sekarang mereka masih berada dalam penanganan terbaik yang mereka bisa dapatkan. Dan saya sangat yakin bahwa mereka akan segera berada di tempat tinggal tetap dan siapapun yang dapat mengadopsi mereka sangat beruntung,” pungkas Lola. (ap/hp)