1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cina Hendak Regulasi Pengambilan Organ Tubuh

Silke Ballweg28 Desember 2012

Cina hendak hapuskan praktik lazim pengambilan organ tubuh korban eksekusi dan ingin membangun sistem penyumbangan organ. Meskipun demikian, pengamat pesimis.

https://p.dw.com/p/17AfW
Jiang Jiatin (C), one of the accused of organizing a 41-member criminal gang in China's Yunnan province, listens as the court hands down death sentences against him as the gang's leader, his mistress Yang Jufen, her father Yang Guoying and Xie Mingxiang in Kunming, Yunnan, China on 07 December 2009. Li Wencai, another gang member who played a crucial role in the drug trafficking, was sentenced to death with a two-year reprieve. The accused were sentenced to death after they were convicted of drug trafficking, racketeering, fraud and selling counterfeit currence in southwest China, media reported. EPA/XUE LUO +++(c) dpa - Bildfunk+++
Salah seorang terhukum mati di CinaFoto: picture-alliance/dpa

Cina selama bertahun-tahun ditekan masyarakat internasional karena hukuman mati yang berlaku di negeri itu. Tidak ada negara lain di dunia yang menjatuhkan hukuman mati sebanyak Cina. Tidak diketahui berapa tepatnya. John Kamm, pemimpin LSM Amerika Dui Hua Foundation mengatakan, jumlah resmi pelaksanaan hukuman mati di Cina dijaga seperti rahasia negara. Meskipun demikian, para pakar dan ilmuwan berhasil menguak sedikit tabir rahasia itu. "Mereka berasumsi, bahwa jumlah korban eksekusi di Cina tahun 2011 sekitar 4.000 orang," ujar Kamm kepada Deutsche Welle.

Berbagai kelompok HAM memperkirakan, bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi. Dan yang juga masih terselubung adalah isu pengambilan kontroversial organ tubuh narapidana eksekusi. Roseanne Rise dari Amnesty International mengutarakan: "Di Cina, organ korban eksekusi bahkan dijadikan sumber utama bagi transplantasi. Lembaga pemerintah pun, misalnya Wakil Menteri Kesehatan sendiri mengaku bahwa masih belum ditemui jalan keluar untuk jangka panjang yang dapat diterima."

Hambatan budaya

Awal 1970-an Cina melaksanakan transplantasi yang pertama. Pada saat itu pun, kebanyakan organ yang digunakan di Cina berasal dari korban eksekusi. Sama seperti saat itu, sekarang hanya sedikit sekali orang Cina yang bersedia menyumbangkan organ tubuhnya setelah meninggal. Banyak orang berpikir, hal itu tidak dapat mereka lakukan. Aktivis HAM dan pakar Cina, John Kamm berpendapat, penyebabnya adalah tabu budaya. "Menurut tradisi Cina, setelah meninggal, arwah memasuki dunia baru dan harus memiliki organ tubuh yang lengkap. "

Organisasi Kesehatan Dunia WHO sudah mengkritik pengambilan organ korban eksekusi pada 25 tahun silam. Pasalnya tidak diketahui, apakah tahanan terkait menyetujui pengambilan organnya ataukah karena ditekan secara masif. Demikian dipaparkan Roseanna Rise dari Amnesty International.

Kaitan erat antara eksekusi dan pengambilan organ

Lima tahun yang lalu, pemerintah Cina membicarakan masalah etis pengambilan organ tubuh korban eksekusi. Sejak itu, secara resmi para tahanan hanya boleh menyumbangkan organ kepada keluarga dekat. Namun dalam pelaksanaannya, peraturan ini nyaris tidak membawa dampak. Bahkan sebaliknya. Menurut laporan media internasional, sekitar 10.000 transplantasi dilakukan di Cina. Hampir 7.000 orang dikatakan diambil dari tahanan. Dengan kata lain: "Berbagai organ diambil dari satu jenazah," papar Roseanna Rise.

ACHTUNG Sperrfrist: 27. März 0001 - ARCHIV - Ein Tatverdächtiger wird am 25.6.2003 in das Gericht in Nanjing, China, gebracht. Er wurde zum Tode verurteilt und am 25.6.2003 wegen eines Heroindelikts hingerichtet. Einmal pro Jahr veröffentlicht Amnesty International seine Henkerstaaten-Liste. Wieder steht China an der Spitze. Aber der Trend ist klar: Die Länder, die an die Todesstrafe glauben, werden weniger. Und auch in der Volksrepublik wachsen die Zweifel. (zu dpa-KORR «Henkerstaaten-Liste 2011: Immer weniger glauben an Todesstrafe») +++(c) dpa - Bildfunk+++
Seorang korban eksekusi CinaFoto: picture-alliance/dpa

Kebanyakan eksekusi di Cina dilaksanakan melalui suntikan di yang dinamakan bus-bus hukuman mati. Sebagian dari bus berada langsung di depan rumah-rumah sakit. Ini menjamin transpor organ secara cepat. Kelompok HAM menduga bahwa di sini juga terjadi perdagangan organ.

Pers Internasional melaporkan, sekitar 1,5 juta warga Cina menunggu sumbangan organ. Saat ini perdagangan organ tubuh memang dilarang, namun John Kamm berpendapat, bisnis ini masih terus berlangsung.

"Ketika masih diijinkan dan booming, perdagangan organ tubuh sangat menguntungkan, meluas dan sangat korup. Perdagangan ini melibatkan komunitas Cina lainnya di Asia Tenggara. Di sana agen-agen aktif. Mereka melakukan tawar-menawar dengan pasien yang menunggu sebuah organ. Kemudian pasien itu diterbangkan ke Cina, ke sebuah rumah sakit. Lalu organ tubuh yang diperlukan diambil dari korban eksekusi. Hal ini dilarang secara resmi pada tahun 2007. Namun tidak diketahui, apakah praktik ini masih juga berlangsung," tambah John Kamm.

Generasi muda bersedia menyumbang

Kini pemerintah Cina mengumumkan pelarangan menggunakan organ korban eksekusi untuk transplantasi. Praktik yang telah berlaku diharapkan selambatnya lenyap pada tahun 2015. Tetapi ini juga berarti bahwa semua warga mengetahui informasi terkait. Kebanyakan warga Cina tidak mengetahui, di mana seseorang bisa mendaftarkan diri untuk menyumbangkan organ dan bagaimana prosedurnya.

Ein blutbefleckter Chinese in einem Gitterkäfig und ein "Chirurg mit Leiche" (Hintergrund) demonstrieren am Samstag (16.09.2006) in Hamburg während eines Festumzugs beim "Karneval der Kulturen" gegen Menschenrechtsverletzungen und Organhandel in China. Rund 80 in der Hansestadt lebende Kulturen zogen mit rund 1800 Teilnehmern bei Sonnenschein und hochsommerlichen Temperaturen durch die Straßen. Foto: Wolfgang Langenstrassen dpa/lno +++(c) dpa - Bildfunk+++
Demonstrasi menentang pelanggaran HAM dan perdagangan organ di CinaFoto: picture-alliance/dpa

Kesediaan untuk itu memang ada. Seorang warga Beijing, usia 30 tahun mengatakan kepada DW: "Justru kami yang muda ini bersedia menyumbang. Saya mau menolong orang lain. Kami tidak berpikir seperti orang tua kami yang mengatakan, kalau meninggal, organ tubuh harus lengkap." Ia menambahkan, pemerintah seharusnya meningkatkan kampanye untuk penyumbangan organ tubuh dan memotivasi orang untuk terlibat.