1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

300311 Cyberabwehr Bonn

20 April 2011

Jaringan internet pemerintah Jerman setiap harinya diserang para hacker dari luar negeri. Kebanyakan serangan tidak berbahaya. Tapi kini mulai terlihat banyak serangan cyber dilancarkan oleh dinas rahasia negara asing.

https://p.dw.com/p/10z8o
Gambar simbol spionase di internetFoto: picture alliance/dpa

Mulai bulan April 2011, Jawatan Federal Jerman bagi Keamanan Informatika BSI mulai resmi bertugas dari kantornya yang berpusat di kota Bonn. Tugas utama jawatan baru itu adalah mengenali serangan cyber, membuat analisanya dan mengembangkan strategi penangkisnya. Sekitar 500 pakar keamanan internet termasuk petugas federal akan menyiapkan pertahanan dalam perang cyber global. BSI dalam tugasnya bekerjasama erat dengan Jawatan Pelindung Konstitusi, Jawatan Kriminal, dinas rahasia serta Jawatan Federal Untuk Perlindungan Rakyat dan Bantuan Bencana.

Dalam konferensi keamanan di München awal bulan Februari lalu, menteri dalam negeri Jerman ketika itu, Thomas de Maiziere, mengatakan, jumlah dan frekuensi serangan cyber terhadap komputer milik pemerintah Jerman amat banyak dan amat sering. Setiap hari berkali-kali dilancarkan serangan terhadap jejaring internet pemerintah Jerman, yang diduga dilakukan negara asing. Digunakan kata diduga, karena tentu saja dalam spionase selalu diusahakan menutupi pelaku serangannya. Dan kamuflase dalam internet amat mudah.

Ancaman dari dunia cyber memang sudah menjadi masalah internasional. Tahun 2010, Amerika Serikat meresmikan jawatan serupa yang disebut “Cyber-Command“. Juga Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO, akhir tahun 2010 menyatakan, serangan cyber merupakan ancaman aktual, sama bobotnya seperti terorisme internasional dan senjata pemusnah massal. Sabotase terhadap instalasi pemerkaya uranium milik Iran, oleh worm Stuxnet, mendemonstrasikan kepada seluruh dunia, bagaimana program virus canggih yang ibaratnya peluru kendali, dapat melumpuhkan infrastruktur negara lawan.

Pemerintah Jerman kini mulai mengambil posisi untuk menghadapi ancaman tersebut, dengan strategi keamanan cybernya. Pakar filsafat teknik dari Stuttgart, Sandro Gaycken, menyebutkan, serangan para hacker kini menunjukkan kualitas baru. Dahulu para hacker kebanyakan remaja iseng atau para penjahat biasa. Gaycken mengungkapkan, "Bahwa kini terdapat pasukan hacker pemerintah, merupakan fenomena baru. Tentu saja perlengkapan mereka amat bagus. Dan juga lebih kuat dibanding hacker biasa. Akan tetapi belum ada yang benar-benar siap menghadapinya."

Apa yang diungkapkan Gaycken memang benar. Buktinya, akhir bulan Maret lalu, baru diketahui bahwa komputer Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan sedikitnya 10 menterinya diserang hacker. Minimal sebulan lamanya lalu lintas email dari kepala pemerintahan Australia itu dipantau dan disadap dinas rahasia asing.

Juga Komisi Uni Eropa di Brussel, Belgia, akhir bulan Maret lalu melaporkan terjadinya serangan berat terhadap jejaring komputernya. Sebagai konsekuensinya, akses dari luar terhadap jejaring email dan intranet Komisi untuk sementara diblokir. Sejumlah pekerja disarankan mengganti passwordnya. Serangan cyber itu disebutkan dilancarkan menjelang digelarnya konferensi tingkat tinggi untuk memutuskan berbagai tema penting, seperti bagaimana struktur Uni Eropa di masa depan, lembaga payung penyelamat mata uang Euro serta perang di Libya.

Sebagai bagian dari strategi keamanan cyber pemerintah Jerman, terutama gugus kerja keamanan teknologi informatika dalam ekonomi yang harus bekerja keras. Penyebabnnya, kebanyakan serangan cyber ditujukan terhadap sasaran si sektor ekonomi. Menteri Ekonomi Jerman Rainer Brüderle bersuara lantang dalam tema spionase industri dan keunggulan teknologi Jerman. Bukan hanya menyangkut pencurian rahasia perusahaan besar saja. "Pencurian data, juga terhadap perusahaan kecil dan menengah, menurut pendapat saya belum benar-benar disadari bahwa itu ancaman besar.“

Saat ini Cina termasuk salah satu negara yang dicurigai melancarkan serangan cyber berupa pencurian data, baik dari jejaring pemerintah maupun swasta. Sebab, negara adidaya ekonomi baru dari Asia itu di seluruh dunia terkenal sebagai peniru produk terbesar. Juga jika membahas kerjasama internasional untuk menangkal serangan cyber, Jerman juga tidak akan memperhitungkan dukungan dari Rusia. Ketidak percayaan terhadap Moskow kelihatannya cukup besar dan tidak ditutup-tutupi.

Walaupun Jerman sudah siap menghadapi perang cyber global, tapi kenyataanya masih terdapat kelemahan kerjasama di tatanan Eropa. Saat ini kerjasamanya masih terpecah-pecah. Para penjahat internet tentu amat senang mendengar kenyataan ini, sebab jejaring global tidak mengenal perbatasan negara.

Matthias von Hein/Agus Setiawan

Editor: Carissa Paramita