1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Syok dan Titik Balik

Alexander Kudascheff
9 November 2016

Kejutan besar di akhir perhitungan suara yang hasilnya sama sekali berbeda dengan prediksi para pakar. Periode hingga dimulainya masa jabatan harus dimanfaatkan dengan baik. Perspektif pemred DW Alexander Kudascheff.

https://p.dw.com/p/2SPa1
USA Wahlkampf Republikaner Donald Trump in Sarasota, Florida
Foto: Getty Images/C. Somodevilla

Kemenangan Donald Trump yang cukup telak membuat syok banyak pihak. Setidaknya di Eropa dan Jerman. Di sana terdengar ketidakpercayaan, kebingungan, dan keterkejutan. Walau tetap diusahakan untuk menonjolkan pentingnya hubungan transatlantik. Namun, motto yang benar untuk saat ini adalah: tidak ada yang benar-benar mengenal sosok Donald Trump. Memang lewat kampanyenya, kita mengetahui rencananya, ide-idenya dan keinginannya. Begitu juga gayanya yang kasar, retorik yang kacau, rasisme dan sikap macho. Tapi di malam jelang pemilihan juga terlihat upayanya untuk berdamai dengan Amerika dan menyambut kerjasama dengan negara-negara lain secara fair. Singkatnya: kita harus menunggu apa yang terjadi selanjutnya.

Tidak ada yang siap hadapi Trump

Di ibukota-ibukota negara barat, termasuk Berlin, terpilihnya Trump adalah skenario terburuk. Tidak ada yang siap hadapi Trump. Tidak ada yang tahu siapa yang akan bertanggung jawab dalam politik luar negeri, keamanan, pertahanan dan lingkungan. Dari partainya, Trump tidak mendapat banyak dukungan. Jadi ia tidak memiliki hubungan baik dengan tokoh-tokoh penting di partainya. Ini akan mempersulit Trump. Karena ia akan memiliki sekelompok orang yang cenderung belum berpengalaman di panggung politik dan tanpa jaringan.

Alexander Kudascheff
Alexander Kudascheff (Pemred DW)Foto: DW

Ini tentu akan ada dampaknya. Dalam politik ekonomi, dampaknya akan tampak dalam perdagangan bebas dunia. Dalam hal politik luar negeri dan keamanan, yaitu soal Iran, Israel. Juga kemungkinan langkah militer untuk mengatasi terorisme jihad, pada hubungan pemerintah AS dengan Timur tengah, pada hubungan rentan dengan Rusia dan Cina, dan apakah AS akan menyatakan diri sebagai mitra atau pesaing. Juga bagaimana soal hubungan dengan sekutu? Apakah bagi Amerika Serikat, NATO masih dianggap sebagai sistem keamanan kolektif negara barat? Akankan Trump mengakui kebijakan sekutu? Atau menurutnya Eropa harus membayar lebih banyak lagi untuk keamanannya? Ini uji ketahanan bagi negara barat.

Bukan golongan elit

Donald Trump sosok yang tidak dikenal di dunia politik. Ia dikenal sebagai orang kaya dari New York. Tapi ia tidak termasuk lingkaran elit politik dalam negeri. Karena itu tidak akan mudah untuk bisa memahaminya.

Tapi rasa syok ada juga baiknya. Hingga Trump diangkat sebagai presiden ke-45 Amerika Serikat bulan Januari mendatang, masih ada cukup waktu, sehingga kita bisa menyesuaikan diri. Terpilihnya Trump adalah titik balik, mungkin juga perubahan strategi yang bersejarah. Tapi ini tidak harus berarti berakhirnya kerjasama negara-negara barat. Satu hal yang pasti, atmosfirnya akan lebih tidak nyaman. Trump dikenal sebagi sosok yang tidak ortodoks.