1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lebih Buruk dari Sebelum Revolusi

21 November 2011

Mesir belum tenang. Bentrokan antara demonstran dan aparat keamanan terus berlangsung. Walaupun kekerasan terjadi, Dewan Militer tidak mau tangguhkan pemilu yang akan diadakan Senin (28/11). Kini kabinet undurkan diri.

https://p.dw.com/p/13Eb4
epa03009489 Egyptian youths throw stones at security forces during clashes in Cairo, Egypt, 20 November 2011. According to media sources, hundreds of protesters took control of Tahrir Square in the Egyptian capital on 20 November, following violent overnight clashes with security forces in which two people were killed and hundreds injured. The protesters were guarding the entrances to the iconic square in central Cairo, from which security forces were forced to withdraw after clashes in which teargas, rubber bullets and shotguns were reportedly used against the demonstrators. Security forces were deployed to protect the nearby headquarters of the Interior Ministry, while traffic was being redirected from the square. EPA/KHALED ELFIQI +++(c) dpa - Bildfunk+++
Aksi protes di Kairo (20/11)Foto: picture-alliance/dpa

Enam kendaraan dari pemadam kebakaran Kairo berusaha membuka jalan di tengah-tengah kerumunan massa. Lokasinya di sebuah jalan, yang jaraknya tidak sampai seratus meter dari lapangan Tahrir. Di tingkat dua, di dalam sebuah bangunan yang terdiri dari enam tingkat terlihat cahaya terang. Api menjilat ke luar dari jendela, asap mengepul tinggi. Api rupanya disebabkan tembakan gas air mata, yang digunakan aparat keamanan.

Demikian dikatakan Sayyed Hussein, seorang saksi mata. "Kami sedang berdiri di sini, mereka kemudian menembakkan beberapa peluru gas air mata ke arah kami. Salah satunya mengenai apartemen itu. Yang ditembakkan adalah peluru spesial, yang bisa menembus jendela dan pintu. Dulu saya pernah jadi polisi. Saya kenal peluru-peluru itu.“

Korban Tewas dalam Tiga Hari Terakhir

epa03007757 Egyptian demonstrators hold a banner reading in Arabic 'A national salvation government' during a protest in Tahrir Square, Cairo, Egypt, 18 November 2011. According to media reports, thousand of protesters gathered 18 November in Cairo for a mass protest against planned constitutional amendments that would establish a civil state in the predominantly Muslim country and give the army the right to veto legislation on military issue EPA/KHALED ELFIQI
Demonstran yang berkumpul di lapangan Tahrir (18/11)Foto: picture-alliance/dpa

Di latar belakang terdengar bentrokan terus berlangsung antara demonstran dan aparat negara, walaupun kekerasannya sudah mereda. Dalam bentrokan tiga hari terakhir, 24 orang tewas. Kadang tampak batu dilemparkan. Polisi, yang tetap ditempatkan dalam jumlah ratusan di sekitar lapangan Tahrir, memberi jawaban dengan tembakan peluru dan gas air mata. Di jalan-jalan, di sekitar lapangan Tahrir, situasi seperti di medan perang. Batu-batu berserakan di jalanan, mobil-mobil terbakar. Itu perkembangan yang sukar dipercaya. Demikian dikatakan Amr El Shalakany. Ia adalah profesor bidang hukum di Universitas Amerika di Kairo.

“Faktanya, kami diperintah militer sejak 60 tahun lalu. Tanggal 28 Januari, penyelubung terungkap. Dan selambatnya sekarang tampak jelas, kita berada di bawah pemerintah militer. Militer bertanggungjawab bagi kekerasan beberapa hari belakangan ini. Mungkin mereka tidak mampu atau bekerjasama dalam komplotan dengan rejim Mubarak,“ demikian el Shalakany.

Lebih Buruk Daripada Sebelum Revolusi

Situasi sekarang lebih buruk daripada sebelum revolusi. Demikian dikatakan profesor bidang hukum itu. Ia khawatir kekerasan yang sudah dimulai dua hari lalu akan menjadi awal sesuatu yang lebih buruk, yang akan terjadi di hari pemilu, Senin mendatang. Entah Dewan Militer akan membatalkan pemilu, atau fase kedua kekerasan akan terjadi. Yang jelas Dewan Militer bertanggungjawab atas keamanan negara, dan mereka gagal, demikian el Shalakany.

Militer tidak bersedia memberikan tanggapan bagi tuduhan tersebut. Tetapi juru bicara Dewan Militer, Jenderal Saied Abbas menekankan, pemilu akan tetap diadakan Senin mendatang. Ia menyatakan, pertama-tama akan diadakan pemilu. Kemudian sebuah komisi akan dibentuk, yang akan merumuskan konstitusi. Setelah itu, presiden akan dipilih.

Dewan Militer baru akan menyerahkan kekuasaan setelah presiden baru Mesir dipilih. Sampai sekarang tidak jelas kapan itu akan terjadi. Jadwal tidak ada. Sementara itu kabinet yang baru terbentuk di negara itu menyatakan pengunduran dirinya kepada Dewan Militer, akibat gelombang protes baru yang terjadi belakangan ini. Itu dilaporkan televisi Mesir Senin kemarin (21/11).

Peter Steffe/Marjory Linardy

Editor: Christa Saloh