1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mencari Kompromi dalam Konflik Timur Tengah

28 September 2010

Moratorium pembangunan pemukiman Yahudi telah berakhir. Kelompok-kelompok moderat baik di pihak Palestina maupun Israel tidak ingin perundingan rekonsiliasi terhenti.

https://p.dw.com/p/PO3c
Seorang anak Palestina menuntut keledainya melewati petunjuk jalan menuju pemukiman Yahudi di Tepi Barat Yordan (27/09).Foto: AP

Warga Yahudi Israel beberapa hari ini sedang merayakan apa yang disebut Perayaan Tabernakel. Oleh sebab itu, sehari setelah berakhirnya moratorium menyangkut pembangunan pemukiman di Tepi Barat Yordan (Senin, 27/09) aktivitas pembangunan tidak banyak berlangsung.

Di beberapa pemukiman memang traktor mulai beroperasi lagi, misalnya di Ariel. Pemukiman itu terletak di tengah-tengah kawasan Palestina, 25 km dari perbatasan antara Israel dan Tepi Barat Yordan. Di Ariel traktor mempersiapkan lahan untuk pendirian 50 unit pemukiman berikutnya. Pemukiman itu terutama ditujukan untuk warga Israel yang dulunya menghuni Jalur Gaza.

Perhatian Diarahkan kepada Mahmoud Abbas

Frankreich Nahost Palästinenser Mahmoud Abbas bei Nicolas Sarkozy in Paris
Presiden Perancis Nicolas Sarkozy (kanan) saat menyambut kedatangan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Paris (27/09).Foto: AP

Dalam upaya diplomatis untuk mengatasi konflik Timur Tengah kini perhatian diarahkan sepenuhnya kepada Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Ia tidak melaksanakan ancamannya. Abbas tidak menghentikan perundingan perdamaian, walaupun Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu memutuskan untuk tidak memperpanjang moratorium.

Dalam konferensi pers dengan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di Paris, Abbas menuntut, penghentian pembangunan pemukiman harus diperpanjang tiga atau empat bulan lagi. Mengenai langkah selanjutnya pihak Arab Abbas mengatakan, "Kita tidak akan mengeluarkan keputusan yang tergesa-gesa, apakah kita akan terus berunding atau tidak."

Menyediakan Waktu Sepekan

Abbas menjelaskan, pihaknya harus membicarakan semua hasil dan konsekuensinya. Nanti akan ada penelitian yang dilakukan dewan pimpinan, juga pembicaraan dengan pemimpin negara-negara Arab lain. Oleh sebab itu tanggal 4 Oktober akan ada pertemuan Liga Arab. "Setelah pertemuan dan perundingan ini, baru kami akan mengumumkan keputusan kami,“ demikian Abbas.

Nahost Israel Palästinenser Siedler feiern Ende Baustopp
Aktivis Israel yang tergabung dalam gerakan 'Peace Now' melambaikan bendera Israel di sebelah spanduk-spanduk mereka, yang menuntut perpanjangan moratorium tentang pembangunan pemukiman Yahudi (26/09).Foto: AP

Tangal 4 Oktober Abbas ingin agar Liga Arab memutuskan, apakah perundingan perdamaian dengan Israel akan dilanjutkan atau tidak. Dengan demikian juru runding kedua belah pihak masih memiliki waktu sepekan untuk mempersiapkan usulan kompromi bagi pembangunan pemukiman. Pemimpin delegasi Israel Jitzhak Molcho dan pemimpin delegasi Palestina Saeb Erekat sekarang sedang berada di New York.

Kemungkinan Kompromi

Menurut laporan koran Israel "Jedioth Achronoth“ warga Palestina kemungkinan akan menerima pembangunan pemukiman dalam jumlah terbatas. Koran itu mendapat informasi dari wakil pemerintah otonomi Palestina. Pembangunan tidak akan dilaksanakan dengan cara yang mencoreng wajah warga Palestina, demikian dikatakan wakil Palestina tersebut. Ia menambahkan, Israel nantinya hanya boleh membangun di blok-blok pemukiman besar.

Israel Verteidigungsminister Ehud Barak
Menteri Pertahanan Israel Ehud BarakFoto: AP

Menurut sumber Palestina lainnya, kompromi dapat berupa penghentian pembangunan tanpa pernyataan di muka umum. Untuk itu Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak kemungkinan akan memegang peranan penting. Karena ialah yang memberikan setiap ijin pembangunan pemukiman di Tepi Barat Yordan. Sebagai imbalannya, Palestina menuntut Israel untuk mengadakan perundingan yang terperinci tentang garis perbatasan antara Israel dan Palestina di masa depan.

Reaksi Hamas

Gerakan radikal Hamas menuntut Abbas untuk tidak menyetujui kompromi apapun. Jurubicara Hamas Sami Abu Suhri mengatakan di Jalur Gaza, Gerakan Fatah, yang ikut dalam pembicaraan ini dan menerima hasilnya, harus meninggalkan perundingan. Jika tidak Fatah akan bertanggungjawab atas konsekuensinya bagi rakyat Palestina, Arab dan negara-negara Islam lainnya.

Walaupun Hamas melontarkan kritik atas politik Presiden Palestina, gerakan radikal itu kembali berunding dengan gerakan Fatah yang dipimpin Mahmoud Abbas. Awal Oktober mendatang pembicaraan perujukan akan diadakan di Kairo.

Sebastian Engelbrecht / Marjory Linardy

Editor: Agus Setiawan