1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Misi Pengamat Liga Arab Dicermati

28 Desember 2011

Pengamat Liga Arab, Rabu (28/12) kembali tinjau keadaan di berbagai kawasan Homs yang merupakan pusat perlawanan pengkritik rezim Suriah. Masyarakat internasional memperingatkan agar tidak mehalangi misi pengamat.

https://p.dw.com/p/13b5s
Amateur video of people burning 'Syriatel' mobile telephone company agency in a demonstration against the Syrian regime in the southern city of Deraa, Syria on March 19 and 20, 2011. Photo by ABACAPRESS.COM
Aksi protes di DaraaFoto: picture alliance/abaca

Di tengah-tengah kunjungan misi pengamat Liga Arab hari Rabu (28/12), pertumpahan darah berlanjut di Suriah. Dua warga sipil tewas ditembak di kawasan Baba Amri, di Homs, seorang  di Hama dan seorang lagi saat aksi protes di provinsi Aleppo. Demikian menurut Observasi Suriah bagi Hak Asasi Manusia. Selain itu juga dilaporkan adanya penangkapan dan korban luka tembak di Idlib dan sejumlah korban luka tembak lainnya di sebuah desa dekat Damaskus.

Aktivis HAM menuduh, Suriah sengaja mengelabui para pengamat Liga Arab. Hari Rabu (28/12) Human Right Watch menuding rezim Presiden Suriah, Bashar al-Assad memindahkan tahanan ke fasilitas militer. Pengamat tidak mendapat izin untuk memasuki fasilitas militer.  Damaskus juga memerintahkan tentara untuk mengenakan seragam polisi. Dengan begitu, Suriah memenuhi tuntutan Liga Arab untuk menarik pasukannya dari wilayah perlawanan. Namun tayangan video aktivis HAM menunjukkan warga Homs yang marah berusaha mendekati kepala misi pengamat, Mustafa al-Dabi yang sedang melakukan peninjauan dengan didampingi aparat keamanan.

Sudan's Lt. Gen. Mohamed Ahmed Mustafa Al-Dabi, the head of the Arab League monitoring mission to Syria, is pictured during a meeting in Khartoum on December 21, 2011. Launched in the hopes of ending months of unrest and quelling the regime's violent crackdown on dissent, the Arab League observer mission has been welcomed by Syria, but the opposition has been critical and called instead for the issue to be taken to the UN. AFP PHOTO / ASHRAF SHAZLY dpa (zu dpa 0985 am 27.12.2011) +++(c) dpa - Bildfunk+++ pixel
Mohamed Ahmed Mustafa Al-DabiFoto: picture-alliance/dpa

Kepala pengamat optimis

Usai pengamatan di Homs, Dabi menunjukkan sikap optimis bahwa kekerasan di Suriah akan dapat diakhiri. Jenderal dari Sudan itu mengutarakan kepada harian "Al-Hayat" hari Rabu (28/12), pemerintah Suriah kooperatif. Pengamat Liga Arab tiba di Suriah akhir pekan lalu. Hari Selasa (27/12) dan Rabu mereka mengunjungi Homs yang praktis diduduki oleh pasukan pemerintah sejak berbulan-bulan ini.

Dabi mengatakan, jumlah pengamat akan ditambah. Saat ini ada 66 pengamat yang sedang bertugas di Suriah. Setelah mengunjungi Homs, para pengamat dijadwalkan mengunjungi Daraa dan daerah rawan Idlib dan Hama, Rabu malam dan Kamis subuh (29/12).

This image made from amateur video and released by Shaam News Network Tuesday, Dec. 27, 2011, purports to show men carrying an injured man in Homs, Syria, Monday, Dec. 26, 2011. (Foto:Shaam News Network via APTN/AP/dapd) THE ASSOCIATED PRESS CANNOT INDEPENDENTLY VERIFY THE CONTENT, DATE, LOCATION OR AUTHENTICITY OF THIS MATERIAL. TV OUT
Korban cedera di HomsFoto: dapd

Perancis kritik kunjungan pendek

Sementara itu, jurubicara kementrian luar negeri Perancis Bernard Valero mengatakan, kunjungan di Homs terlalu pendek dan tidak cukup untuk mengungkapkan permasalahan. Hanya sedikit pengamat yang datang ke kota itu, dan kedatangan mereka tidak dapat mencegah pertumpahan darah di Homs, di mana demonstrasi ditekan dengan kekerasan dan korban tewas berjatuhan, ujar Valero. Ia menambahkan, singkatnya kunjungan tidak memungkinkan pengamat untuk mengerti realitas keadaan di Homs. Pengamat Liga Arab harus diizinkan untuk segera kembali ke kota martir ini, dan juga dapat bepergian secara bebas serta berhubungan langsung dengan warga.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov juga mendesak Suriah untuk memberikan kebebasan sepenuhnya kepada para pengamat untuk melakukan misinya. Hari Rabu (28/12) Suriah membebaskan 755 tahanan yang terlibat dalam demonstrasi anti pemerintah, namun "tidak ada darah yang menempel di tangan mereka", demikian diumumkan di televisi pemerintah.  PBB memperkirakan, lebih dari 5.000 orang tewas dalam aksi protes menentang rezim Presiden Bashar al-Assad sejak pertengahan Maret lalu. Pemerintah Suriah menuduh bahwa "teroris bersenjata" yang memicu kekerasan di negeri itu.

Christa Saloh-Foerster/afpe/dpa/rtrd

Editor: Renata Permadi