1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pengamat Liga Arab di Suriah, Rezim Tetap Beringas

23 Desember 2011

Rezim Assad di Suriah membiarkan masuk kehadiran pengamat internasional di negaranya, Assad juga membiarkan aparat keamanan kembali melakukan kekerasan terhadap demonstran anti pemerintah.

https://p.dw.com/p/13YCE
Demonstrasi di Homs, Suriah, meminta bantuan pada PBB. (Foto:AP)
Demonstrasi di Homs, Suriah, meminta bantuan pada PBB.Foto: AP

Dua bom mobil meledak di depan kawasan militer Suriah di Damaskus, demikian dilaporkan televisi pemerintah. Para saksi mata melaporkan bahwa mereka mendengar suara ledakan di pusat kota. Seperti yang dilaporkan televisi pemerintah, hasil penyelidikan mengarah pada Al Qaida adalah dalang di balik serangan itu. Saksi dari pihak Dewan Pengamat HAM Suriah mengatakan bahwa dirinya mendengar suara tembakan setelah suara ledakan.

Oposisi Serukan Demo Setelah Salat Jumat

Demonstrasi di Daraa, Suriah.
Demonstrasi di Daraa, Suriah.Foto: picture alliance/abaca

Sebelumnya, aktivis Suriah, hari Jumat (23/12), menyerukan massa untuk berdemonstrasi menentang kehadiran pengamat Liga Arab. Para pengamat itu datang untuk mengakhiri pertumpahan darah yang terus berlangsung di negara itu.

 "Protokol maut, izin untuk membunuh" adalah slogan yang diusung para aktivis dalam menyerukan demonstrasi melalui situs jejaring sosial Facebook. Aksi protes sedianya digelar setelah salat Jumat.

"Tidak ada yang bisa menghentikan mesin pembunuh rezim ini kecuali penyelesaian krisis ini diserahkan pada Dewan Keamanan PBB," demikian diungkapkan seorang aktivis Suriah yang berada di Beirut kepada kantor berita dpa.

Para pemimpin oposisi menyimpulkan bahwa Suriah mengizinkan masuknya misi pengamat sebagai "manuver baru" mencegah Liga Arab membawa krisis negara itu ke Dewan Keamanan PBB.

Assad Berkilah

Sementara itu Presiden Bashar Assad dan kalangan orang kepercayaannya terus mengulur waktu, dengan mengklaim bahwa terdapat banyak korban tewas dari pihaknya. Dalam pernyataan tertulis kepada Dewan Keamanan dan Dewan HAM PBB, Suriah mengklaim bahwa lebih dari 2000 serdadu dan anggota aparat keamanan tewas dalam serangan sembilan bulan terakhir ini.

Rezim juga menuduh PBB bias, mengatakan bahwa laporan PBB yang berisi aksi kekerasan Damaskus terhadap demonstran adalah tidak benar. Sejak dimulainya aksi protes di Suriah, Damaskus menuding bahwa itu bukanlah gerakan rakyat, melainkan kelompok bersenjata yang didukung asing.

Polisi dan militer menyerbu Universitas Aleppo, Suriah. (Foto: AP)
Polisi dan militer menyerbu Universitas Aleppo, Suriah.Foto: dapd

Ketika tim pengamat Liga Arab berangkat ke Damaskus, Kamis (22/12), para aktivis melaporkan bahwa rezim sudah mulai mencegah pengamat melihat kejadian penangkapan para demonstran. Padahal misi pengamat ke Suriah adalah melihat langsung situasi di lapangan. Ribuan tahanan sudah dipindahkan ke penjara militer yang sangat tertutup, demikian dikatakan dua disiden yang mengutip laporan langsung dari lokasi.

Dengan mengizinkan masuk para pengamat internasional, Suriah berhasil menghindari skenario terburuk, yaitu berhasil mencegah Liga Arab meminta Dewan Keamanan PBB untuk menindak Damaskus. Setidaknya untuk sementara ini.

Rezim Tetap Beringas

Seperti yang dikatakan oposisi dan pengamat luar, strategi itu dilakukan untuk menghindari tekanan internasional sejauh dan selama mungkin sementara rezim memberangus gerakan perlawanan. Aktivis juga melaporkan pemerintah Suriah tampaknya makin beringas dalam upaya mengendalikan situasi sebelum kedatangan tim pengamat.

Organisasi payung oposisi Suriah, Dewan Nasional Suriah, menuduh aparat keamanan membunuh 250 orang dalam waktu 48 jam. Aktivis melaporkan tentara mengepung penduduk dan disiden di lembah dekat desa Kfar Owaid, provinsi Idlib, tak jauh dari perbatasan Turki, Selasa (20/12). Aparat menembaki warga dengan senjata berat dan roket, menewaskan lebih dari seratus orang. Sementara itu dilaporkan pula 70 disersi militer terbunuh di dekat kota Idlib. Semua kejadian di Suriah tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya karena pihak berwenang melarang semua peliputan independen, termasuk peliputan foto.

rtr/dpa/ap/LS/HP