1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mohammed Morsi Mengalah

26 November 2012

Presiden Mesir akhirnya berjanji akan meninjau kembali dekrit yang dikeluarkannya minggu lalu, setelah aksi protes makin meluas. Kubu oposisi menuduh Morsi ingin menjadi pemimpin otoriter.

https://p.dw.com/p/16plE
Presiden Mesir Mohammed Mursi
Presiden Mesir Mohammed MursiFoto: AP

Televisi Mesir melaporkan, Mohammed Morsi akhirnya bersedia bertemu dengan para hakim senior hari Senin (26/11). Pertemuan itu akan membahas perkembangan terakhir sehubungan dengan deklarasi konstitusi.

Minggu yang lalu, Morsi mengeluarkan beberapa dekrit presiden yang memotong wewenang lembaga kehakiman dan menguatkan posisinya sebagai kepala negara. Sejak itu, aksi protes terus berlangsung. Para hakim dan pengacara mengancam akan melakukan aksi boikot.

Aksi Protes Meluas

Seorang remaja diberitakan tewas dalam aksi protes hari Minggu (25/11). Dia adalah anggota Ikhwanul Muslimin, partai pendukung Morsi. Sebelumnya beberapa kantor Ikhwanul Muslimin diserang dan dibakar.

Para pemrotes kecewa dengan reformasi yang arahnya makin tidak jelas. Puluhan ribu orang kembali berkumpul di Lapangan Tahrir, lokasi perlawanan luas yang dulu menjatuhkan Hosni Mubarak. Banyak orang yang dulu mendukung Morsi kini ikut dalam aksi protes.

Perhimpunan hakim Mesir menolak wewenang baru Morsi yang didasarkan pada dekrit presiden. Menurut para hakim, langkah baru ini merupakan upaya campur tangan dalam proses hukum dan menyerang independensi para hakim. Para hakim menyatakan akan melanjutkan aksi mogok, jika tidak ada perubahan. Juga kalangan jurnalis menggelar aksi mogok karena khawatir, kebebasan pers akan hilang dengan munculnya konstitusi baru.

Dekrit Hanya Berlaku Sementara

Kantor kepresidenan kini membantah bahwa Morsi bermaksud memperkuat posisinya. Langkah itu perlu dilakukan untuk mengusut kasus-kasus korupsi dan kejahatan lain selama masa transisi. Morsi menerangkan, dekrit-dekrit yang dikeluarkan hanya berlaku sementara. Dalam pertemuan dengan para hakim akan dibahas reformasi selanjutnya.

Lapangan Tahrir kini kembali menjadi pusat aksi protes menentang kebijakan pemerintah. Para demonstran terlibat bentrok dengan aparat keamanan yang berusaha membubarkan demonstrasi. Sejak eskalasi kekerasan pada hari Jumat lalu, sedikitnya 500 cedera. Aksi protes sudah dimulai sejal 19 November lalu sebagai peringatan atas aksi demonstrasi berdarah menentang rejim militer setahun yang lalu.

HP/AS (AFP, Reuters, dpa)