1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Myanmar Gelar Pemilu

1 April 2012

Setelah puluhan tahun berjuang melawan dominasi militer, pemimpin oposisi Suu Kyi diperkirakan untuk pertama kalinya bisa memenangkan kursi di Parlemen.

https://p.dw.com/p/14Vz7
Foto: picture alliance/ZUMA Press

Dalam Pemilu Parlemen Myanmar, yang digelar hari Minggu (01/04), hanya akan diperebutkan 45 kursi atau 7 persen dari jumlah kursi di Parlemen yang kini masih didominasi militer. Masih belum jelas, kapan hasil Pemilu akan diumumkan. Sejak pagi hari, lalu lintas kota Yangon dipadati kendaraan warga yang menuju tempat pemungutan suara.

Suu Kyi Akan Rebut Kursi Parlemen

Kandidat yang paling menyorot perhatian, Aung San Suu Kyi, dianggap akan merebut kursi di Parlemen. Pemenang Nobel Perdamaian berusia 66 tahun ini mengeluhkan beberapa penyimpangan dalam persiapan pemilu. Namun menurut pengamat internasional, pemilu kali ini berjalan tanpa ada masalah. “Kami senang bahwa semuanya berjalan dengan damai,“ dikatakan anggota Parlemen Uni Eropa Ivo Bellet.

Nachwahlen in Birma 2012
Aung San Suu Kyi saat mengunjungi sebuah TPS di wilayah Kawmhu, Minggu (01/04)Foto: picture-alliance/dpa

Antara tahun 1990 dan 2010, pemimpin oposisi Suu Kyi menghabiskan sebagian besar hidupnya di penjara atau dalam tahanan rumah. Partai miliknya, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), berhasil memenangkan Pemilu Parlemen 1990 dengan suara mayoritas. Namun junta militer yang berkuasa membatalkan kemenangan ini. Dan, baru 10 tahun kemudian, pada tahun 2010, militer kembali menggelar pemilu yang mengundang kontroversi. Pemerintah baru yang terbentuk kemudian membebaskan Suu Kyi dan melakukan serangkaian reformasi.

Pemilu dengan Makna Simbolis

Seluruhnya terdapat sekitar 6,8 juta warga Myanmar yang memiliki hak pilih. Pemilu yang digelar hari Minggu (01/04) ini terutama dinilai memiliki makna simbolis. Walaupun seandainya Suu Kyi dengan partai NLD nya meraih keberhasilan besar dalam pemilu kali ini, struktur kekuasaan tidak akan berubah. Ini karena, Parlemen Myanmar yang beranggotakan 664 orang masih tetap didominasi militer dan partai yang kini sedang berkuasa.

Pemerintah sipil, yang tahun 2011 lalu ditunjuk oleh junta militer, secara mengejutkan telah melakukan berbagai pembaruan politik. Pemerintahan di bawah Presiden Thein Sein telah melepaskan beberapa tahanan politik, menyepakati gencatan senjata dengan pemberontak dan melakukan dialog langsung dengan Suu Kyi. Para pengamat menilai, dengan reformasi yang tengah berlangsung, pemerintah Myanmar berupaya agar negara Barat mencabut sanksi terhadap negara ini.

Yuniman Farid (dpa/afp/rtr/dap)